Minggu, 18 Mei 2014

Rindu

Dari kejauhan kulihat seseorang berlari
Mengejar apa dia?
Padahal ini tengah malam dingin dan pekat
Apa yang dilakukannya?
Ah, aku pun ingin ikut berlari bersamanya
Aku ingin mengejar rindu
Aku rindu sudut kota kita yang mungil dan hangat
Kota kita yang tenang dan sunyi
Di sanalah pusat dunia mini kita
Sekarang ini di kanan dan di kiri penuh cahaya
Bersaing dengan bulan yang makin samar tinggal separuh
Aku rindu pada kenangan manis kita di kota itu
Aku juga rindu padamu hingga seolah kulihat kamu ada di kejauhan, tersenyum manis dan melambai padaku
Sekilas kenangan manismu mendekatkan suka dan membuatku lupa duka pernah ada
Apakah mungkin kamu datang kesini untuk berbagi rindu denganku, menyeberangi jembatan pelangi* hingga langit?
Rinduku begitu penuh hingga hampir tumpah berserakan membasahi tanah
Tak pernah kutemukan obat bagi rinduku
Tak juga ada kendaraan bagi rinduku yang rindu jalan pulang
Berulang kali kuciptakan penawar dan kendaraan penyambung rindu
Tak pernah ada dan tak pernah bisa
Ah, hampir aku menyerah dan putus asa, "Apakah rindu memang benar tak perlu obat penawar?"
"Mungkin rindu hanya perlu perasa," gumammu dari sudut supermarket suatu kali. Tanganmu memegang sebotol penyedap rasa yang biasa kupakai untuk memasak
Ah, ya.. Kamu benar.. Mungkin rindu hanya perlu perasa, yang biasa kita beli di supermarket langganan
Tolong belilah! Yang banyak! Di sana dijual murah! Sumpah!
Mungkin dengan itu rinduku akan awet, juga rindumu, hingga aku kembali

Tokyo, 19 Mei 2014
*Rainbow Bridge di Odaiba