Sudah kulihat langit senja di sebelah barat
Warnanya jingga
Selamat datang senja musim gugur yang datang lebih awal
Aku selalu suka senja dalam satu hari
Senja selalu mengingatkan aku pada sebuah antara
Antara siang dan malam ada senja
Antara pertemuan dan perpisahan ada pesta
Senja seperti pesta sebelum berpisah
Duduklah di pinggir pantai dan lihatlah senja
Megah seperti pesta, setelah senja pergi kemudian kudapati kosong
Di pesta ketika senja aku bebas duduk dan minum es kelapa
Kadang bicara dengan orang tercinta
Senja juga selalu mengingatkan aku pada Sukab*
Ingin sekali suatu saat datang kembali Sukab yang selalu menghadiahkan senja dalam kartu pos untukku
Aku diperlakukannya seperti Alina
Senja mengingatkan aku juga pada keengganan untuk berpisah dengan orang terkasih
Ini bagian terberat yang harus kupahami tentang senja
Bersama senja aku berharap dapat mengukur waktu yang makin berjarak
Dengan terus berharap pada terang matahari, tapi matahari tetap tenggelam di barat
Harus berpisah
Tak apa, besok bertemu lagi, katanya suatu ketika, sambil menyelipkan kartu pos bergambar senja di tasku
Kekasihku pergi, hanya bayangannya tinggal bersama senja
Sekilas kulirik senja yang kini ada dalam tasku
Akan kupajang dalam kamar segera, dengan senja lain yang selama ini selalu dihadiahkannya padaku
Selamat malam, Senja... Selamat malam, orang terkasih
Tapi besok orang terkasih tak datang lagi, hanya senja datang sendiri
Tokyo, 8 September 2014 18:38
senja musim gugur yang datang lebih awal
*Sukab dalam Sepotong Senja Untuk Pacarku karya Seno Gumira Ajidarma
Senin, 08 September 2014
Selasa, 10 Juni 2014
Omamori, Mimpi
Apa memang benar doa yang terlipat rapi dan terbungkus dalam omamori itu?
Bermacam doa hingga bermacam omamori
Aku pun mengharapkan satu doa yang terucap dalam gelap sebelum lelap
Dan lelah
Sejenak lupa
Dan kamu pun kurasa mengamini doa itu
Lama kamu bersembunyi dalam baris lipatan doa omamori
Kembali kita bertemu dalam satu mimpi di malam musim panas
Kurasa peri musim panas sudah tiba dan menerbangkan mimpinya padaku
Ah, bolehkah mimpi datang begini saja?
Kamu hanya berjanji pelan
Akan selalu datang dalam mimpi, ketika mata tertutup dan jiwa setengah lelap
Salah satu ruang di hati kosong ditinggalkan penghuninya
Katamu, supaya tak ada yang tahu bahwa dalam mimpi kita bisa menyambung rindu
Biar semuanya tetap jadi rahasia kita dan mimpi
Sekedar melekatkan tangan dan melihat
Untuk percaya rindu masih bisa diikat
Yakin bahwa jalan bahagia tak harus selalu nyata
Karena kamu tak bisa datang dalam nyata, nanti terlalu banyak yang akan tahu dan tidak setuju
Pagi itu aku bangun, silau mataku karena cahaya
Ah, ternyata aku lupa menutup gorden karena semalaman melihat hujan
Pagi itu aku tahu kalau mimpi adalah mimpi, tapi katamu mimpi itu nyata
Sudah pergi dan nanti malam akan kembali dalam mimpi
Aku harus bangun sendiri
(Tokyo, 10 Juni 2014 hari Selasa)
pagi hari terbangun dari mimpi
Bermacam doa hingga bermacam omamori
Aku pun mengharapkan satu doa yang terucap dalam gelap sebelum lelap
Dan lelah
Sejenak lupa
Dan kamu pun kurasa mengamini doa itu
Lama kamu bersembunyi dalam baris lipatan doa omamori
Kembali kita bertemu dalam satu mimpi di malam musim panas
Kurasa peri musim panas sudah tiba dan menerbangkan mimpinya padaku
Ah, bolehkah mimpi datang begini saja?
Kamu hanya berjanji pelan
Akan selalu datang dalam mimpi, ketika mata tertutup dan jiwa setengah lelap
Salah satu ruang di hati kosong ditinggalkan penghuninya
Katamu, supaya tak ada yang tahu bahwa dalam mimpi kita bisa menyambung rindu
Biar semuanya tetap jadi rahasia kita dan mimpi
Sekedar melekatkan tangan dan melihat
Untuk percaya rindu masih bisa diikat
Yakin bahwa jalan bahagia tak harus selalu nyata
Karena kamu tak bisa datang dalam nyata, nanti terlalu banyak yang akan tahu dan tidak setuju
Pagi itu aku bangun, silau mataku karena cahaya
Ah, ternyata aku lupa menutup gorden karena semalaman melihat hujan
Pagi itu aku tahu kalau mimpi adalah mimpi, tapi katamu mimpi itu nyata
Sudah pergi dan nanti malam akan kembali dalam mimpi
Aku harus bangun sendiri
(Tokyo, 10 Juni 2014 hari Selasa)
pagi hari terbangun dari mimpi
Senin, 09 Juni 2014
Mata
Siapa yang sanggup mempercayai pandangan mata?
Ceritakan padaku jika ada
Ternyata semua pandangan mata adalah rindu yang terbungkus rapi seperti kado ulang tahun
Ketika kado dibuka
Ternyata isinya cerita dan duka
Air mata
Hingga lupa suka pernah ada dan nyata
Ah, selama ini suka ternyata hanya imajinasi
Betapa indah imajinasi mata, seperti surga yang menjanjikan segala bahagia
Tak pernah menyadari hingga baru ini
Lagi-lagi lewat pandangan mata
Tak pernah mengira sekuat itu mata bisa mengubah semua cerita
Ternyata rindu yang selama ini dibahasakan mata tak tampak
Setujukah kamu kalau kukatakan ini?
Rindu tak seperti surga
Mata membuat rindu seolah tak pernah tampak palsu
Mata menutup mata
Seperti indah tapi sebenarnya duka
Seperti mendung menutup matahari kemudian hujan
Air mata
Sekarang ketika hari cerah kembali
Bukan pelangi, tapi cukup cerah untuk sekedar melangkah keluar rumah
Seperti itu mata terbuka, terbebas dari buta
Seperti orang bisa membaca buku, bisa berpikir dan merasa
Rindu hanya mimpi
Yang nyata hanya kini
Tapi mungkin kamu akan lebih setuju denganku jika kukatakan
Seperti tak perlu merasa sedih ketika hujan
Jangan lupakan rindu semu
Kenang saja rindu seperti mengenang hujan setelah terbit matahari
Sungguh hujan sesaat yang menyejukkan
Hujan sesaat, rindu sesaat
Tak perlu juga sedih ketika harus membuka mata
Benci pun tak perlu kepada mata
Karena cahaya ada di depan mata
Dan cahaya tak pernah salah, berikan sedikit cahaya untukku
(Tokyo, 8 Juni 2014.. Malam hari, hari Minggu)
All I hear is "rain" drops
Ceritakan padaku jika ada
Ternyata semua pandangan mata adalah rindu yang terbungkus rapi seperti kado ulang tahun
Ketika kado dibuka
Ternyata isinya cerita dan duka
Air mata
Hingga lupa suka pernah ada dan nyata
Ah, selama ini suka ternyata hanya imajinasi
Betapa indah imajinasi mata, seperti surga yang menjanjikan segala bahagia
Tak pernah menyadari hingga baru ini
Lagi-lagi lewat pandangan mata
Tak pernah mengira sekuat itu mata bisa mengubah semua cerita
Ternyata rindu yang selama ini dibahasakan mata tak tampak
Setujukah kamu kalau kukatakan ini?
Rindu tak seperti surga
Mata membuat rindu seolah tak pernah tampak palsu
Mata menutup mata
Seperti indah tapi sebenarnya duka
Seperti mendung menutup matahari kemudian hujan
Air mata
Sekarang ketika hari cerah kembali
Bukan pelangi, tapi cukup cerah untuk sekedar melangkah keluar rumah
Seperti itu mata terbuka, terbebas dari buta
Seperti orang bisa membaca buku, bisa berpikir dan merasa
Rindu hanya mimpi
Yang nyata hanya kini
Tapi mungkin kamu akan lebih setuju denganku jika kukatakan
Seperti tak perlu merasa sedih ketika hujan
Jangan lupakan rindu semu
Kenang saja rindu seperti mengenang hujan setelah terbit matahari
Sungguh hujan sesaat yang menyejukkan
Hujan sesaat, rindu sesaat
Tak perlu juga sedih ketika harus membuka mata
Benci pun tak perlu kepada mata
Karena cahaya ada di depan mata
Dan cahaya tak pernah salah, berikan sedikit cahaya untukku
(Tokyo, 8 Juni 2014.. Malam hari, hari Minggu)
All I hear is "rain" drops
Jumat, 06 Juni 2014
Memori
Hujan selalu mengembalikan ingatan
Kekasih yang pergi dan tidak kembali
Kampung halaman yang dulu sepi kini terisi
Kota yang mendewasakan
Ilmu yang mengagumkan, juga guru yang bijak
Mimpi yang kecil, tidak pernah mewujud
Sahabat-sahabat kecil yang setia bersepeda menembus hujan
Masa kecil bermain lompat tali di teras rumah, di bawah bulan purnama
Sayap yang membuat tidak pernah berhenti terbang
Pandangan mata penuh sakit hati, juga mencuri hati
Kota besar yang kini gelap diselimuti malam
Orang yang kini duduk di sebelah
Orang yang hilir mudik dengan payung di tangan kiri, juga keluh di wajah
Lagu yang mirip kisah dengan kekasih
Senja yang selalu dicari
Matahari yang dirindukan hangatnya
Laut yang tidak tergantikan aromanya
Gunung yang sejuk dan penuh suara tawa
Bising yang mewah dan akrab
Selamat malam, hujan.. Selamat datang kembali bersama ingatan..
(Tokyo, 6 Juni 2014 19:27, hari Jumat)
Masih hujan sejak pagi
Kekasih yang pergi dan tidak kembali
Kampung halaman yang dulu sepi kini terisi
Kota yang mendewasakan
Ilmu yang mengagumkan, juga guru yang bijak
Mimpi yang kecil, tidak pernah mewujud
Sahabat-sahabat kecil yang setia bersepeda menembus hujan
Masa kecil bermain lompat tali di teras rumah, di bawah bulan purnama
Sayap yang membuat tidak pernah berhenti terbang
Pandangan mata penuh sakit hati, juga mencuri hati
Kota besar yang kini gelap diselimuti malam
Orang yang kini duduk di sebelah
Orang yang hilir mudik dengan payung di tangan kiri, juga keluh di wajah
Lagu yang mirip kisah dengan kekasih
Senja yang selalu dicari
Matahari yang dirindukan hangatnya
Laut yang tidak tergantikan aromanya
Gunung yang sejuk dan penuh suara tawa
Bising yang mewah dan akrab
Selamat malam, hujan.. Selamat datang kembali bersama ingatan..
(Tokyo, 6 Juni 2014 19:27, hari Jumat)
Masih hujan sejak pagi
Kamis, 05 Juni 2014
Kepada Hujan
Kepada hujan
Yang turun satu-satu, perlahan menderas di sekeliling payungku
Kutitipkan sebaris rindu
Kepada hujan
Yang mengenai ujung hidungku, membasahi rumput di bawah kakiku
Kuucapkan kalimat doa sore hari
Kepada hujan
Yang enggan pergi, bertahan disini di hati
Kutegakkan sebaris langkah kaki
Kepada hujan
Yang menemani awan gelap di sudut langit barat
Kubentuk serangkai harap bersama dengan gelap
Karena hujan
Yang seperti tangis semesta
Kulepaskan air mata yang samar ketika hujan
Kepada hujan
Yang menutup musim bunga, yang membuka sengat matahari
Kuserahkan perasaan hilang dan harap yang masih sama
Ketika hujan
Yang selalu berada di antara, hujan sesaat
Kubayangkan aku berjalan di bawah payung baru bergambar bintang, bersamanya
Kadang kala hujan
Yang bersama deru dan asap mobil di seberang jalan
Membawa kembali kepada kenangan baru, menutup rapat kenangan lama
Karena hujan
Di bulan Juni, yang selalu mengingatkan pada hati
Masih punya rasa
Kepada hujan
Tolong disampaikan
Lewat air mata, angin, juga awan gelap
(Tokyo, 5 Juni 2014, hari Kamis)
sore hari yang hujan di Tokyo
Yang turun satu-satu, perlahan menderas di sekeliling payungku
Kutitipkan sebaris rindu
Kepada hujan
Yang mengenai ujung hidungku, membasahi rumput di bawah kakiku
Kuucapkan kalimat doa sore hari
Kepada hujan
Yang enggan pergi, bertahan disini di hati
Kutegakkan sebaris langkah kaki
Kepada hujan
Yang menemani awan gelap di sudut langit barat
Kubentuk serangkai harap bersama dengan gelap
Karena hujan
Yang seperti tangis semesta
Kulepaskan air mata yang samar ketika hujan
Kepada hujan
Yang menutup musim bunga, yang membuka sengat matahari
Kuserahkan perasaan hilang dan harap yang masih sama
Ketika hujan
Yang selalu berada di antara, hujan sesaat
Kubayangkan aku berjalan di bawah payung baru bergambar bintang, bersamanya
Kadang kala hujan
Yang bersama deru dan asap mobil di seberang jalan
Membawa kembali kepada kenangan baru, menutup rapat kenangan lama
Karena hujan
Di bulan Juni, yang selalu mengingatkan pada hati
Masih punya rasa
Kepada hujan
Tolong disampaikan
Lewat air mata, angin, juga awan gelap
(Tokyo, 5 Juni 2014, hari Kamis)
sore hari yang hujan di Tokyo
Rindu Kepada Malam
Aku berharap menemukanmu
Di sela-sela perasaanku
Sejauh aku mendengar suaramu
Di bawah terik matahari Sabtu
Sejauh kurasakan keberadaanmu
Seperti aku melihat sosokmu
Yang berada di dekatku
Seperti samar aku, merasakan senyummu
Rasanya aku mengenali langkahmu dari kejauhan
Dan benar saja
Itu suara langkah kaki, setengah berlari
Perlahan menjauh, masuk, hingga tak terlihat lagi
Dan aku malam ini menunggu
Untuk berharap menemukanmu
Dalam nama, wacana, berita
Kamu ada disana, tapi tak ada juga
Dan aku tetap berharap menemukanmu, besok dan besok hari
Agar aku percaya kebetulan yang lewat di sela lambaian tanganmu
Datanglah lagi esok hari, karena aku ingin bertemu
Aku ingin menjemput bahagia dari sekedar sapa
Sekecil salam, sebesar bahagia
Dan akan kumaknai bahagia sebagai rindu
Bahagia yang karena perasaan rindu
Rindu akan perasaan bahagia
Selamat malam, selamat memeluk rindu bersama malammu
Besok masih ada..
(Tokyo, 31 Mei 2014, Sabtu 01:47 AM)
Di sela-sela perasaanku
Sejauh aku mendengar suaramu
Di bawah terik matahari Sabtu
Sejauh kurasakan keberadaanmu
Seperti aku melihat sosokmu
Yang berada di dekatku
Seperti samar aku, merasakan senyummu
Rasanya aku mengenali langkahmu dari kejauhan
Dan benar saja
Itu suara langkah kaki, setengah berlari
Perlahan menjauh, masuk, hingga tak terlihat lagi
Dan aku malam ini menunggu
Untuk berharap menemukanmu
Dalam nama, wacana, berita
Kamu ada disana, tapi tak ada juga
Dan aku tetap berharap menemukanmu, besok dan besok hari
Agar aku percaya kebetulan yang lewat di sela lambaian tanganmu
Datanglah lagi esok hari, karena aku ingin bertemu
Aku ingin menjemput bahagia dari sekedar sapa
Sekecil salam, sebesar bahagia
Dan akan kumaknai bahagia sebagai rindu
Bahagia yang karena perasaan rindu
Rindu akan perasaan bahagia
Selamat malam, selamat memeluk rindu bersama malammu
Besok masih ada..
(Tokyo, 31 Mei 2014, Sabtu 01:47 AM)
Minggu, 18 Mei 2014
Rindu
Dari kejauhan kulihat seseorang berlari
Mengejar apa dia?
Padahal ini tengah malam dingin dan pekat
Apa yang dilakukannya?
Ah, aku pun ingin ikut berlari bersamanya
Aku ingin mengejar rindu
Aku rindu sudut kota kita yang mungil dan hangat
Kota kita yang tenang dan sunyi
Di sanalah pusat dunia mini kita
Sekarang ini di kanan dan di kiri penuh cahaya
Bersaing dengan bulan yang makin samar tinggal separuh
Aku rindu pada kenangan manis kita di kota itu
Aku juga rindu padamu hingga seolah kulihat kamu ada di kejauhan, tersenyum manis dan melambai padaku
Sekilas kenangan manismu mendekatkan suka dan membuatku lupa duka pernah ada
Apakah mungkin kamu datang kesini untuk berbagi rindu denganku, menyeberangi jembatan pelangi* hingga langit?
Rinduku begitu penuh hingga hampir tumpah berserakan membasahi tanah
Tak pernah kutemukan obat bagi rinduku
Tak juga ada kendaraan bagi rinduku yang rindu jalan pulang
Berulang kali kuciptakan penawar dan kendaraan penyambung rindu
Tak pernah ada dan tak pernah bisa
Ah, hampir aku menyerah dan putus asa, "Apakah rindu memang benar tak perlu obat penawar?"
"Mungkin rindu hanya perlu perasa," gumammu dari sudut supermarket suatu kali. Tanganmu memegang sebotol penyedap rasa yang biasa kupakai untuk memasak
Ah, ya.. Kamu benar.. Mungkin rindu hanya perlu perasa, yang biasa kita beli di supermarket langganan
Tolong belilah! Yang banyak! Di sana dijual murah! Sumpah!
Mungkin dengan itu rinduku akan awet, juga rindumu, hingga aku kembali
Tokyo, 19 Mei 2014
*Rainbow Bridge di Odaiba
Mengejar apa dia?
Padahal ini tengah malam dingin dan pekat
Apa yang dilakukannya?
Ah, aku pun ingin ikut berlari bersamanya
Aku ingin mengejar rindu
Aku rindu sudut kota kita yang mungil dan hangat
Kota kita yang tenang dan sunyi
Di sanalah pusat dunia mini kita
Sekarang ini di kanan dan di kiri penuh cahaya
Bersaing dengan bulan yang makin samar tinggal separuh
Aku rindu pada kenangan manis kita di kota itu
Aku juga rindu padamu hingga seolah kulihat kamu ada di kejauhan, tersenyum manis dan melambai padaku
Sekilas kenangan manismu mendekatkan suka dan membuatku lupa duka pernah ada
Apakah mungkin kamu datang kesini untuk berbagi rindu denganku, menyeberangi jembatan pelangi* hingga langit?
Rinduku begitu penuh hingga hampir tumpah berserakan membasahi tanah
Tak pernah kutemukan obat bagi rinduku
Tak juga ada kendaraan bagi rinduku yang rindu jalan pulang
Berulang kali kuciptakan penawar dan kendaraan penyambung rindu
Tak pernah ada dan tak pernah bisa
Ah, hampir aku menyerah dan putus asa, "Apakah rindu memang benar tak perlu obat penawar?"
"Mungkin rindu hanya perlu perasa," gumammu dari sudut supermarket suatu kali. Tanganmu memegang sebotol penyedap rasa yang biasa kupakai untuk memasak
Ah, ya.. Kamu benar.. Mungkin rindu hanya perlu perasa, yang biasa kita beli di supermarket langganan
Tolong belilah! Yang banyak! Di sana dijual murah! Sumpah!
Mungkin dengan itu rinduku akan awet, juga rindumu, hingga aku kembali
Tokyo, 19 Mei 2014
*Rainbow Bridge di Odaiba
Sabtu, 19 April 2014
Japan Life 2014
Sudah 17 hari sejak kedatangan kembali di Jepang (2 April 2014). Rasanya macam-macam, antara senang karena kembali lagi kesini, sedih karena meninggalkan Jogja, keluarga, dan teman-teman yang kucintai.
Tapi karena sudah berada di sini, tentu konsekuensi yang harus dijalani, beban yang harus ditanggung tidak sedikit, melainkan banyak. Karena kedatangan kesini, yang kali ini, bukan untuk sekedar main-main, melainkan belajar.
Aku membawa posisi yang belum aman di sini, karena masih ada 2 tahun untuk menentukan posisi yang aman. Tapi sebagaimana kata orang-orang yang kucintai, aku harus senang menjalani proses belajarku, juga proses main-mainku.
Belajar akan membawa kepada sebuah pemahaman, akan suatu hal yang belum kuketahui, akan suatu hal yang hanya setengah kuketahui, hingga ke hal-hal yang sudah kuketahui.
Bermain akan membawa kepada sebuah nostalgia, akan tempat-tempat yang pernah kudatangi, juga pengalaman, dan kesan, akan tempat-tempat yang belum pernah kudatangi.
Rasanya kedatanganku kesini, yang kali ini, tidak penuh dengan tanganku sendiri, tapi dengan tangan banyak orang yang telah membantu, dengan tangan Tuhan, dengan berjuta kebetulan, yang akhirnya membawaku sampai ke Tokyo.
Walaupun Tokyo yang kudatangi adalah Tokyo yang ada di ujung Tokyo, walaupun harus bersusah payah untuk sekedar menghirup hawa kota yang menyenangkan, tapi berada di sini adalah suatu kebahagiaan dan kebetulan yang sayang kalau dilewatkan hanya dengan bertanya dan terus berpikir, tanpa merasakan dan menyimpannya.
Caraku menyimpan bahagia dan proses adalah akan kusimpan di mata, kemudian kusimpan di hati. Sebuah proses penyimpanan yang aku yakin tidak akan ada gantinya. Tapi jika bahagia dan proses itu tidak direkam dalam tulisan, maupun dalam gambar, rasanya bahagia dan proses itu tidak akan seratus persen sempurna. Rasanya tidak akan menjadi kenangan yang bisa kubongkar lagi suatu hari nanti.
Jadi akan kusimpan gambar di sini, agar dia bisa menjadi hal yang kukenang nanti. :)
Tapi karena sudah berada di sini, tentu konsekuensi yang harus dijalani, beban yang harus ditanggung tidak sedikit, melainkan banyak. Karena kedatangan kesini, yang kali ini, bukan untuk sekedar main-main, melainkan belajar.
Aku membawa posisi yang belum aman di sini, karena masih ada 2 tahun untuk menentukan posisi yang aman. Tapi sebagaimana kata orang-orang yang kucintai, aku harus senang menjalani proses belajarku, juga proses main-mainku.
Belajar akan membawa kepada sebuah pemahaman, akan suatu hal yang belum kuketahui, akan suatu hal yang hanya setengah kuketahui, hingga ke hal-hal yang sudah kuketahui.
Bermain akan membawa kepada sebuah nostalgia, akan tempat-tempat yang pernah kudatangi, juga pengalaman, dan kesan, akan tempat-tempat yang belum pernah kudatangi.
Rasanya kedatanganku kesini, yang kali ini, tidak penuh dengan tanganku sendiri, tapi dengan tangan banyak orang yang telah membantu, dengan tangan Tuhan, dengan berjuta kebetulan, yang akhirnya membawaku sampai ke Tokyo.
Walaupun Tokyo yang kudatangi adalah Tokyo yang ada di ujung Tokyo, walaupun harus bersusah payah untuk sekedar menghirup hawa kota yang menyenangkan, tapi berada di sini adalah suatu kebahagiaan dan kebetulan yang sayang kalau dilewatkan hanya dengan bertanya dan terus berpikir, tanpa merasakan dan menyimpannya.
Caraku menyimpan bahagia dan proses adalah akan kusimpan di mata, kemudian kusimpan di hati. Sebuah proses penyimpanan yang aku yakin tidak akan ada gantinya. Tapi jika bahagia dan proses itu tidak direkam dalam tulisan, maupun dalam gambar, rasanya bahagia dan proses itu tidak akan seratus persen sempurna. Rasanya tidak akan menjadi kenangan yang bisa kubongkar lagi suatu hari nanti.
Jadi akan kusimpan gambar di sini, agar dia bisa menjadi hal yang kukenang nanti. :)
a bar in Shimokitazawa, near Shibuya |
spaghetti at Saizeriya |
the famous Hachiko statue at Shibuya |
the famous Shibuya *look at Ohchan* ^^ |
the famous Takeshita Street, at Harajuku |
Meiji Jingu Shrine, near Harajuku |
Tokyo Tower |
almost Children's Day (Kodomo no Hi, every May 5) |
Tokyo from 250 m, at Tokyo Tower |
Sabtu, 08 Februari 2014
Untuk J yang kucintai
Untuk J
Hai J, maaf ya, sebenarnya aku mau kirim surat untuk kamu kemarin malam. Tapi kemarin malam aku bahkan tidak membuka komputerku sama sekali, karena galau ini dan itu. Jadi anggap saja ini surat yang tertunda ya, J. Tapi mending kirim kan daripada nggak sama sekali. :)
J, nggak kerasa ya, sudah 8 tahun aku ada disini, bersama kamu. 8 tahun itu bukan waktu yang sebentar, J. Itu waktu yang bisa kita bilang cukup lama. Awalnya aku nggak suka dan ragu dengan kamu, tapi ternyata 8 tahun berjalan dan aku sudah bisa dikatakan nggak bisa hidup tanpa kamu, dan nggak bisa meninggalkan kamu.
J, sudah terlalu banyak cerita dan pengalaman dan kenangan antara aku dan kamu. Setiap sudutmu adalah hal indah buatku. Aku merasa bersyukur dan bahagia bisa mengenalmu, J. Sejak tahun 2006 hingga 2014, aku bahkan tidak bisa menguraikan semuanya satu persatu. Kenangan baik dan kenangan buruk, ah semuanya akan kuanggap sebagai kenangan baik yang menjadikan pelajaran buatku, J.
J, sebentar lagi aku harus pergi meninggalkan kamu, dan entah sampai kapan. Dan entah kapan aku akan bisa kembali menemuimu. Aku sangat ingin berada disini bersamamu tanpa pernah pergi meninggalkanmu, apalagi aku tak pernah meninggalkanmu dalam jangka waktu yang cukup lama. Tapi kali ini aku harus pergi, J. Demi entah apa yang kukejar disana, anggap saja masa depan.
J, anggap saja aku pergi tidak akan lama. Karena aku pasti akan kembali menemuimu, J. Seperti kalimat perpisahan dalam Ada Apa Dengan Cinta yang selalu kuingat:
Aku pasti akan kembali, dalam satu purnama
Untuk mempertanyakan kembali cintanya
Bukan untuknya, bukan untuk siapa
Tapi untukku. Karena aku ingin kamu, itu saja
J, aku berjanji akan kembali secepatnya, setelah aku mendapatkan semuanya disana. Selama aku pergi nanti, janganlah berubah, karena kamu akan tetap menjadi J yang kucinta. Ketika aku kembali nanti, ketika aku telah mendapatkan semua yang (mungkin) kuinginkan, tetaplah menjadi J yang kucinta. Aku akan selalu membawa kenangan tentangmu dalam hatiku, J.
Sekarang, sebelum aku meninggalkanmu awal bulan depan nanti, J, ijinkanlah aku bersamamu, menikmati seluruhmu, sebentar saja. Akan kukenang semuanya, akan kusimpan semuanya, akan kuingat semuanya, dengan mata, dengan otak, dengan hati.
Salam Cinta,
Di
Hai J, maaf ya, sebenarnya aku mau kirim surat untuk kamu kemarin malam. Tapi kemarin malam aku bahkan tidak membuka komputerku sama sekali, karena galau ini dan itu. Jadi anggap saja ini surat yang tertunda ya, J. Tapi mending kirim kan daripada nggak sama sekali. :)
J, nggak kerasa ya, sudah 8 tahun aku ada disini, bersama kamu. 8 tahun itu bukan waktu yang sebentar, J. Itu waktu yang bisa kita bilang cukup lama. Awalnya aku nggak suka dan ragu dengan kamu, tapi ternyata 8 tahun berjalan dan aku sudah bisa dikatakan nggak bisa hidup tanpa kamu, dan nggak bisa meninggalkan kamu.
J, sudah terlalu banyak cerita dan pengalaman dan kenangan antara aku dan kamu. Setiap sudutmu adalah hal indah buatku. Aku merasa bersyukur dan bahagia bisa mengenalmu, J. Sejak tahun 2006 hingga 2014, aku bahkan tidak bisa menguraikan semuanya satu persatu. Kenangan baik dan kenangan buruk, ah semuanya akan kuanggap sebagai kenangan baik yang menjadikan pelajaran buatku, J.
J, sebentar lagi aku harus pergi meninggalkan kamu, dan entah sampai kapan. Dan entah kapan aku akan bisa kembali menemuimu. Aku sangat ingin berada disini bersamamu tanpa pernah pergi meninggalkanmu, apalagi aku tak pernah meninggalkanmu dalam jangka waktu yang cukup lama. Tapi kali ini aku harus pergi, J. Demi entah apa yang kukejar disana, anggap saja masa depan.
J, anggap saja aku pergi tidak akan lama. Karena aku pasti akan kembali menemuimu, J. Seperti kalimat perpisahan dalam Ada Apa Dengan Cinta yang selalu kuingat:
Aku pasti akan kembali, dalam satu purnama
Untuk mempertanyakan kembali cintanya
Bukan untuknya, bukan untuk siapa
Tapi untukku. Karena aku ingin kamu, itu saja
J, aku berjanji akan kembali secepatnya, setelah aku mendapatkan semuanya disana. Selama aku pergi nanti, janganlah berubah, karena kamu akan tetap menjadi J yang kucinta. Ketika aku kembali nanti, ketika aku telah mendapatkan semua yang (mungkin) kuinginkan, tetaplah menjadi J yang kucinta. Aku akan selalu membawa kenangan tentangmu dalam hatiku, J.
Sekarang, sebelum aku meninggalkanmu awal bulan depan nanti, J, ijinkanlah aku bersamamu, menikmati seluruhmu, sebentar saja. Akan kukenang semuanya, akan kusimpan semuanya, akan kuingat semuanya, dengan mata, dengan otak, dengan hati.
Salam Cinta,
Di
Jumat, 07 Februari 2014
Untuk Mas K (bagian kedua)
Untuk
Mas K (bagian kedua)
Dear
Mas K, aku tidak tahu surat ini akan menjadi surat keberapaku untukmu. Tapi,
aku sudah cukup mendengar suatu hal kemarin malam yang akhirnya membuatku
kembali menulis surat untukmu hari ini. Ternyata benar sekali bahwa ketakutanku
selama ini sudah menjadi kenyataan.
Selama
ini aku tidak pernah berani membayangkan kenyataan bahwa kamu akan bisa
menyukai orang lain. Sampai satu detik sebelum aku mendengar berita itu, aku
tidak pernah berani membayangkan tentang hal itu. Ternyata kemarin malam aku
mendengar berita kejut (itu berita kejut yang kedua di hari itu) bahwa kamu
sudah menyukai orang lain.
Ternyata
ada seseorang yang membicarakan tentang aku di hadapanmu. Akhirnya kamu
mengucapkan tiga kalimat ini:
Dia sudah pernah berpacaran dengan orang
lain
Aku pun sudah pernah berpacaran dengan orang
lain
Lagipula sekarang aku sudah menyukai orang
lain
Itu
adalah tiga kalimat singkat yang mungkin bisa diucapkan satu sampai dua menit,
bahkan kurang. Tapi, kamu yang mengucapkan tiga kalimat itu mungkin tidak sadar
bahwa efek dari tiga kalimat itu akan berakibat panjang padaku.
Ketika
aku mencoba mencari makna tiga kalimat itu, aku menemukan bahwa kalimat yang
pertama memiliki unsur dendam dan perasaan tidak terima di dalamnya. Tujuh
tahun sudah lewat, tapi peristiwa ini rupanya masih meninggalkan bekas yang
dalam untukmu. Ya, aku tidak akan menyangkal bahwa semuanya memang disebabkan
olehku. Jika tidak ada kalimat pertama, kalimat kedua dan ketiga pun tidak akan
pernah ada. Apakah maaf sekarang masih berguna?
Kalimat
yang kedua menjadi akibat dari kalimat yang pertama. Ternyata benar bahwa kamu
pernah berpacaran dengan orang lain. Aku juga tidak pernah menyangka hal ini
pernah terjadi. Dan sekarang kamu sudah menyukai orang lain.
Satu
detik setelah mendengarnya, aku masih bisa tertawa. Tapi itu bisa ditebak
adalah tawa yang tidak sebenarnya tawa. Setelah beberapa lama diam, akhirnya
aku tidak tahan untuk tidak menangis. Aku sudah lama tidak menangis, dan
kemarin malam aku menangis selama beberapa menit karena sudah tidak tahan lagi.
Aku
memutuskan untuk bekerja agar berhenti menangis, dan merasa takut untuk tidur
karena takut membayangkanmu sebelum tidur.
Mas
K, aku diam-diam merasa beruntung akan pergi dari Indonesia sebentar lagi. Sehingga
aku bisa tidak melihatmu dalam waktu yang cukup lama. Entah apakah sekembalinya
aku ke Indonesia dan bangunan ini, aku sudah bisa menerima kenyataan atau
belum, tapi sedikit lari, aku rasa itu lebih baik daripada berada terus menerus
disini.
Jadi,
entahlah kalimat apa yang terakhir harus diucapkan. Selamat tinggal, maaf,
terima kasih? Entahlah. Aku sendiri juga bingung dengan semuanya.
Kamis, 06 Februari 2014
Untuk Pria Tipe Idealku
Untuk Pria Tipe Idealku
Apa kabar, Bapak? Mungkin Bapak tidak
(atau belum) tahu tentang saya sama sekali, tapi saya tidak. Saya sudah tahu
tentang Bapak, sedikit tahu. Saya masih ingat perjumpaan saya yang pertama kali
dengan Bapak. Hari itu hari Jumat siang. Saya yang sudah sangat pusing dengan
pekerjaan ini sangat tidak suka dengan acara diskusi mendadak di hari Jumat
siang itu yang menjadikan akhir minggu saya tertunda beberapa jam. Tapi
semuanya menjadi lain begitu saya membuka pintu ruangan diskusi. Disana sudah
ada Bapak yang duduk di dalam ruangan dengan memakai baju batik berwarna biru.
Saya sempat tertegun dan kaget tidak bisa bereaksi karena ada Bapak disitu. Saya
berpikir, akhirnya saya menemukan tipe ideal saya hari itu juga. Ya, orang itu
adalah Bapak.
Mungkin ini terdengar aneh. Saya sama
sekali tidak tahu tentang Bapak sebelumnya, tapi saya bisa langsung mengatakan
bahwa Bapak adalah tipe ideal saya. Saya menyukai Bapak yang dari cara
berbicara, cenderung tegas dan galak, juga sangat cerdas. Saya melihat itu
semua ada di dalam diri Bapak ketika itu. Akhirnya selama acara diskusi itu
berlangsung, saya tidak bisa berhenti untuk melihat ke arah Bapak. Saya masih
ingat sampai sekarang dengan kata-kata Bapak, “Orang itu pintar nggak apa-apa,
asal dia terampil.” Saya sangat kagum dengan Bapak dan kata-kata itu.
Akhirnya, setelah acara diskusi itu
usai, saya menjadi tidak bisa berhenti berpikir tentang Bapak. Saya mulai
mencari tahu tentang Bapak di internet dan berhasil mendapatkan sedikit
informasi tentang Bapak. Saya yang sebelumnya merasa malas dengan pekerjaan
yang saya lakukan saat ini, punya cita-cita (yang saya tidak tahu apakah ini
cita-cita baik atau buruk) untuk mengerjakan pekerjaan ini sebaik-baiknya,
sesempurna mungkin, sehingga suatu saat saya akan bisa mengerjakan pekerjaan
ini untuk level yang lebih tinggi dan bertemu lagi dengan Bapak. Sebelum saya
bertemu dengan Bapak lagi, saya harus mempersiapkan diri saya dengan kemampuan
yang harus setara dengan Bapak, tentu agar tidak membuat saya malu di hadapan
Bapak.
Mungkin cita-cita saya itu terdengar
berlebihan, tapi saya menganggapnya sebagai hal yang baik, untuk membuat saya
merasa bersemangat dalam pekerjaan dan mau mengerjakan segala hal dengan
sempurna, termasuk pekerjaan yang sebenarnya sangat membosankan dan memuakkan
ini. Walaupun saya sendiri juga tidak tahu apakah akan bisa bertemu dengan
Bapak lagi, tapi paling tidak, dengan mengerjakan pekerjaan awal ini
sebaik-baiknya, ini akan menjadi langkah-langkah kecil untuk pelan-pelan bisa
menuju ke tempat Bapak berada saat ini. Saya akan terus bersemangat mengerjakan
pekerjaan ini sampai saat itu tiba.
Sekarang pekerjaan saya yang kecil
ini sudah selesai. Maka sebagai perayaan bagi diri saya karena pekerjaan ini
sudah selesai, saya tulis surat ini, dengan harapan agar lima tahun lagi,
ketika saya sudah kembali dari negeri jauh, dan kembali harus mengerjakan
pekerjaan ini lagi, saya bisa bertemu dengan Bapak lagi, di level pekerjaan
yang lebih tinggi, sudah lebih pintar dan tidak malu di hadapan Bapak, sehingga
bisa membuat Bapak bangga.
Selasa, 04 Februari 2014
Selamat Ulang Tahun, Cristiano
Untuk Cristiano Ronaldo
Hai Cristiano. Aku Dian, penggemarmu
dari Indonesia. Kamu pasti sudah tidak asing lagi dengan Indonesia kan, karena
kamu sudah beberapa kali pergi ke Indonesia.
Aku adalah penggemarmu yang sudah
mengagumimu sejak tahun 2006. Aku masih ingat ketika itu dini hari,
pertandingan Liga Champion antara Manchester United melawan (aku lupa siapa). Ketika
itulah pertama kali aku melihatmu dan sejak saat itu aku sudah langsung
mengagumimu.
Kamu sangat ganteng, permainanmu
sangat bagus, dan gayamu di lapangan yang sangat keren. Itu adalah 3 hal yang
membuat aku jadi menyukaimu. Sejak saat itu aku mulai mencari informasi dan
mengumpulkan apa saja tentang kamu. Setiap hari Sabtu malam, acraa rutinku
adalah duduk di depan televisi dan menonton pertandingan Manchester United di
Liga Inggris. Begitu juga degan Liga Champion yang rutin aku tonton. Tidak lupa
dengan timnas Portugal yang selalu aku dukung, bahkan sampai sekarang.
Aku berteriak-teriak sendiri ketika
Manchester United menang dan kamu mencetak gol, dan aku juga menangis (ya,
benar-benar menangis) sendirian, malam-malam, ketika Manchester United kalah,
atau bahkan kamu diberi kartu merah (ya, aku menangis sampai keesokan paginya
di sekolah, bahkan ketika Ujian Nasional aku ketiduran karena semalaman
menonton Liga Champion). Aku juga marah-marah sendiri ketika kamu dilanggar
oleh pemain lain.
Aku juga banyak mendengar berita
tidak menyenangkan tentangmu, tapi aku tetap bertahan menyukaimu. Aku juga ingat
betapa galaunya aku ketika aku tahu kamu sedang ada di Bali dan aku tidak bisa
pergi kesana untuk ikut melihatmu.
Aku juga masih ingat, ketika itu aku
kelas 3 SMA, dan sangat menyukaimu, aku selalu menggunting gambarmu yang ada di
koran atau majalah di perpustakaan sekolahku. Tentu itu kulakukan dengan sembunyi-sembunyi
agar tidak ketahuan oleh penjaga perpustakaan di sekolahku. Kemudian, aku
menempelkan semua gambarmu yang kudapat dari majalah dan koran dalam sebuah
scrapbook yang kubuat sendiri (entah kemana sekarang scrapbook itu ya). Kesukaanku
pada kamu terus berlanjut, bahkan sampai aku kuliah. Bahkan, sampai kamu pindah
ke Real Madrid, aku pun berpindah mendukung Real Madrid dan kamu.
Aku masih sangat ingat ketika aku
mengikuti lomba pidato bahasa Jepang di kampusku, aku menceritakan tentang kamu
dan kesukaanku pada kamu. Ya, dalam bahasa Jepang, dan aku memakai kaos
bergambar wajahmu. Ternyata di luar dugaan, sambutan terhadap pidatoku sangat
baik, dan aku mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tentangmu, walaupun akhirnya
aku tidak menjadi pemenang.
Aku masih ingat pertanyaan yang
akhirnya membuat seluruh penjuru auditorium tertawa, “Moshi Cristiano Ronaldo
to aetara, nani wo shitai desuka?” (Kalau kamu bisa bertemu dengan Cristiano
Ronaldo, apa yang ingin kamu lakukan?). Jawabku adalah “Mochiron Cristiano
Ronaldo to kekkon shitai desu (Tentu saja, ingin menikah dengan Cristiano
Ronaldo), yang langsung disambut dengan tawa di seluruh auditorium.
Jujur saja, saat ini aku sudah
mengumumkan pensiun dari hingar bingar dunia sepakbola, karena aku sudah
memiliki kesenanganku yang lain. Aku berhenti menonton sepakbola. Tapi bukan
berarti aku berhenti mengikuti kabar tentangmu. Baru-baru ini kamu memenangkan
Ballon d’Or. Selamat untukmu, ya. Dan aku juga masih sangat ingat hari ulang
tahunmu. Maka, aku khusus tulis surat cinta ini, di hari ini, di hari ulang
tahunmu.
Selamat ulang tahun untukmu, ya. Salam
cinta dariku di Indonesia. Semoga suatu saat aku bisa melihatmu main sepakbola
secara langsung.
To Hanbyul
To Hanbyul (@jasononestar)
Hi Hanbyul. My name is Dian. I’m your
new fan from Indonesia. I teach Japanese at university in Indonesia. Now, let
me first tell when I knew about you and became your fan. This is a project by
@poscinta to write a love letter in 30 days. Today has a special theme, that is
write a love letter to celebrity in twitter world. Because I’m your fan, I decided
to write a letter to you. Hope you’ll read this letter even though my English
is very bad. :)
Actually, I’m a fan of 2NE1. I like
their song entitled Missing You so much. Then, I read in a website that
LEDApple covered Missing You recently. I, whom a fan of 2NE1 was very curious
and really wanted to see the result.
When I watched the result in Youtube
website, I, whom usually watched the video in Youtube at a glance, even can’t
take my eyes off of you and Youngjun because I was very amazed with your
performance there. I don’t understand the meaning of that song because I hadn’t
learned Korean for several months, but when I watched your performance I was
very amazed and I liked your voice since that time.
You sang the song that I have liked
before very well and full of emotion. Moreover, if I can speak honestly, I like
your cover version more than the original version. I seldom cry when I listen
to the song. But when I listened to Missing You that you sang, I listen to that
song almost everyday. Even in one day, I listened to that song all the
afternoon nonstop. The more I listen to it, the more I like that song and the
more I want to cry as I listen to your voice. Then I started to watch your
other videos at Music Note. I was very amazed because your voice is very
beautiful and can make every song that you sing even more beautiful. Your voice
is just like lullaby for me and very good to be stress healing.
Since that time (I still remember the
exact day, that is January 1st), there’s no one day I stop think about and
adore you. When I read the information about your private life, I was even very
amazed because you’re a genius polyglot (wow, you can speak Korean, English,
Japanese, French, and Latin). You know, I learned French when I was in high
school and I got headache in every lesson because I just can’t get into French.
Even you’re a Dentistry student at university in Australia. For me, it’s such a
great thing, Hanbyul. You can manage your career and study well. I’m very envy
with you. You’re such an inspiration for me, because we’re almost at the same
age. I’m only one year older than you.
If I can say three things which will
be your charming point, that’s your smile, your beautiful, heavenly, and
angelic voice, and one dimple on your left cheek. You know, I also have one
dimple on left cheek, just like you. For me, you’re simply a literally
definition of perfection. You’re adorable, Hanbyul.
Keep fighting on your career, Hanbyul.
I’ll always support and adore you and also LEDApple. Please come to Indonesia
because I’m sure that LEDApple has so many fans in Indonesia. Oh, I’ll go to
Japan in April. I hope I can visit Korea someday to watch your performance
live. I also hope that LEDApple can come to Japan very often so that I can
watch your performance live in Japan. I really want to meet you. See you,
Hanbyul.
Langganan:
Postingan (Atom)