Sabtu, 08 Februari 2014

Untuk J yang kucintai

Untuk J

Hai J, maaf ya, sebenarnya aku mau kirim surat untuk kamu kemarin malam. Tapi kemarin malam aku bahkan tidak membuka komputerku sama sekali, karena galau ini dan itu. Jadi anggap saja ini surat yang tertunda ya, J. Tapi mending kirim kan daripada nggak sama sekali. :)

J, nggak kerasa ya, sudah 8 tahun aku ada disini, bersama kamu. 8 tahun itu bukan waktu yang sebentar, J. Itu waktu yang bisa kita bilang cukup lama. Awalnya aku nggak suka dan ragu dengan kamu, tapi ternyata 8 tahun berjalan dan aku sudah bisa dikatakan nggak bisa hidup tanpa kamu, dan nggak bisa meninggalkan kamu.

J, sudah terlalu banyak cerita dan pengalaman dan kenangan antara aku dan kamu. Setiap sudutmu adalah hal indah buatku. Aku merasa bersyukur dan bahagia bisa mengenalmu, J. Sejak tahun 2006 hingga 2014, aku bahkan tidak bisa menguraikan semuanya satu persatu. Kenangan baik dan kenangan buruk, ah semuanya akan kuanggap sebagai kenangan baik yang menjadikan pelajaran buatku, J.

J, sebentar lagi aku harus pergi meninggalkan kamu, dan entah sampai kapan. Dan entah kapan aku akan bisa kembali menemuimu. Aku sangat ingin berada disini bersamamu tanpa pernah pergi meninggalkanmu, apalagi aku tak pernah meninggalkanmu dalam jangka waktu yang cukup lama. Tapi kali ini aku harus pergi, J. Demi entah apa yang kukejar disana, anggap saja masa depan.

J, anggap saja aku pergi tidak akan lama. Karena aku pasti akan kembali menemuimu, J. Seperti kalimat perpisahan dalam Ada Apa Dengan Cinta yang selalu kuingat:

Aku pasti akan kembali, dalam satu purnama
Untuk mempertanyakan kembali cintanya
Bukan untuknya, bukan untuk siapa
Tapi untukku. Karena aku ingin kamu, itu saja

J, aku berjanji akan kembali secepatnya, setelah aku mendapatkan semuanya disana. Selama aku pergi nanti, janganlah berubah, karena kamu akan tetap menjadi J yang kucinta. Ketika aku kembali nanti, ketika aku telah mendapatkan semua yang (mungkin) kuinginkan, tetaplah menjadi J yang kucinta. Aku akan selalu membawa kenangan tentangmu dalam hatiku, J.

Sekarang, sebelum aku meninggalkanmu awal bulan depan nanti, J, ijinkanlah aku bersamamu, menikmati seluruhmu, sebentar saja. Akan kukenang semuanya, akan kusimpan semuanya, akan kuingat semuanya, dengan mata, dengan otak, dengan hati.

Salam Cinta,
Di

Jumat, 07 Februari 2014

Untuk Mas K (bagian kedua)


Untuk Mas K (bagian kedua)

Dear Mas K, aku tidak tahu surat ini akan menjadi surat keberapaku untukmu. Tapi, aku sudah cukup mendengar suatu hal kemarin malam yang akhirnya membuatku kembali menulis surat untukmu hari ini. Ternyata benar sekali bahwa ketakutanku selama ini sudah menjadi kenyataan.

Selama ini aku tidak pernah berani membayangkan kenyataan bahwa kamu akan bisa menyukai orang lain. Sampai satu detik sebelum aku mendengar berita itu, aku tidak pernah berani membayangkan tentang hal itu. Ternyata kemarin malam aku mendengar berita kejut (itu berita kejut yang kedua di hari itu) bahwa kamu sudah menyukai orang lain.

Ternyata ada seseorang yang membicarakan tentang aku di hadapanmu. Akhirnya kamu mengucapkan tiga kalimat ini:

Dia sudah pernah berpacaran dengan orang lain
Aku pun sudah pernah berpacaran dengan orang lain
Lagipula sekarang aku sudah menyukai orang lain

Itu adalah tiga kalimat singkat yang mungkin bisa diucapkan satu sampai dua menit, bahkan kurang. Tapi, kamu yang mengucapkan tiga kalimat itu mungkin tidak sadar bahwa efek dari tiga kalimat itu akan berakibat panjang padaku. 

Ketika aku mencoba mencari makna tiga kalimat itu, aku menemukan bahwa kalimat yang pertama memiliki unsur dendam dan perasaan tidak terima di dalamnya. Tujuh tahun sudah lewat, tapi peristiwa ini rupanya masih meninggalkan bekas yang dalam untukmu. Ya, aku tidak akan menyangkal bahwa semuanya memang disebabkan olehku. Jika tidak ada kalimat pertama, kalimat kedua dan ketiga pun tidak akan pernah ada. Apakah maaf sekarang masih berguna?

Kalimat yang kedua menjadi akibat dari kalimat yang pertama. Ternyata benar bahwa kamu pernah berpacaran dengan orang lain. Aku juga tidak pernah menyangka hal ini pernah terjadi. Dan sekarang kamu sudah menyukai orang lain.

Satu detik setelah mendengarnya, aku masih bisa tertawa. Tapi itu bisa ditebak adalah tawa yang tidak sebenarnya tawa. Setelah beberapa lama diam, akhirnya aku tidak tahan untuk tidak menangis. Aku sudah lama tidak menangis, dan kemarin malam aku menangis selama beberapa menit karena sudah tidak tahan lagi.

Aku memutuskan untuk bekerja agar berhenti menangis, dan merasa takut untuk tidur karena takut membayangkanmu sebelum tidur. 

Mas K, aku diam-diam merasa beruntung akan pergi dari Indonesia sebentar lagi. Sehingga aku bisa tidak melihatmu dalam waktu yang cukup lama. Entah apakah sekembalinya aku ke Indonesia dan bangunan ini, aku sudah bisa menerima kenyataan atau belum, tapi sedikit lari, aku rasa itu lebih baik daripada berada terus menerus disini.

Jadi, entahlah kalimat apa yang terakhir harus diucapkan. Selamat tinggal, maaf, terima kasih? Entahlah. Aku sendiri juga bingung dengan semuanya.

Kamis, 06 Februari 2014

Untuk Pria Tipe Idealku


Untuk Pria Tipe Idealku

Apa kabar, Bapak? Mungkin Bapak tidak (atau belum) tahu tentang saya sama sekali, tapi saya tidak. Saya sudah tahu tentang Bapak, sedikit tahu. Saya masih ingat perjumpaan saya yang pertama kali dengan Bapak. Hari itu hari Jumat siang. Saya yang sudah sangat pusing dengan pekerjaan ini sangat tidak suka dengan acara diskusi mendadak di hari Jumat siang itu yang menjadikan akhir minggu saya tertunda beberapa jam. Tapi semuanya menjadi lain begitu saya membuka pintu ruangan diskusi. Disana sudah ada Bapak yang duduk di dalam ruangan dengan memakai baju batik berwarna biru. Saya sempat tertegun dan kaget tidak bisa bereaksi karena ada Bapak disitu. Saya berpikir, akhirnya saya menemukan tipe ideal saya hari itu juga. Ya, orang itu adalah Bapak.

Mungkin ini terdengar aneh. Saya sama sekali tidak tahu tentang Bapak sebelumnya, tapi saya bisa langsung mengatakan bahwa Bapak adalah tipe ideal saya. Saya menyukai Bapak yang dari cara berbicara, cenderung tegas dan galak, juga sangat cerdas. Saya melihat itu semua ada di dalam diri Bapak ketika itu. Akhirnya selama acara diskusi itu berlangsung, saya tidak bisa berhenti untuk melihat ke arah Bapak. Saya masih ingat sampai sekarang dengan kata-kata Bapak, “Orang itu pintar nggak apa-apa, asal dia terampil.” Saya sangat kagum dengan Bapak dan kata-kata itu. 

Akhirnya, setelah acara diskusi itu usai, saya menjadi tidak bisa berhenti berpikir tentang Bapak. Saya mulai mencari tahu tentang Bapak di internet dan berhasil mendapatkan sedikit informasi tentang Bapak. Saya yang sebelumnya merasa malas dengan pekerjaan yang saya lakukan saat ini, punya cita-cita (yang saya tidak tahu apakah ini cita-cita baik atau buruk) untuk mengerjakan pekerjaan ini sebaik-baiknya, sesempurna mungkin, sehingga suatu saat saya akan bisa mengerjakan pekerjaan ini untuk level yang lebih tinggi dan bertemu lagi dengan Bapak. Sebelum saya bertemu dengan Bapak lagi, saya harus mempersiapkan diri saya dengan kemampuan yang harus setara dengan Bapak, tentu agar tidak membuat saya malu di hadapan Bapak.

Mungkin cita-cita saya itu terdengar berlebihan, tapi saya menganggapnya sebagai hal yang baik, untuk membuat saya merasa bersemangat dalam pekerjaan dan mau mengerjakan segala hal dengan sempurna, termasuk pekerjaan yang sebenarnya sangat membosankan dan memuakkan ini. Walaupun saya sendiri juga tidak tahu apakah akan bisa bertemu dengan Bapak lagi, tapi paling tidak, dengan mengerjakan pekerjaan awal ini sebaik-baiknya, ini akan menjadi langkah-langkah kecil untuk pelan-pelan bisa menuju ke tempat Bapak berada saat ini. Saya akan terus bersemangat mengerjakan pekerjaan ini sampai saat itu tiba.

Sekarang pekerjaan saya yang kecil ini sudah selesai. Maka sebagai perayaan bagi diri saya karena pekerjaan ini sudah selesai, saya tulis surat ini, dengan harapan agar lima tahun lagi, ketika saya sudah kembali dari negeri jauh, dan kembali harus mengerjakan pekerjaan ini lagi, saya bisa bertemu dengan Bapak lagi, di level pekerjaan yang lebih tinggi, sudah lebih pintar dan tidak malu di hadapan Bapak, sehingga bisa membuat Bapak bangga.

Selasa, 04 Februari 2014

Selamat Ulang Tahun, Cristiano


Untuk Cristiano Ronaldo

Hai Cristiano. Aku Dian, penggemarmu dari Indonesia. Kamu pasti sudah tidak asing lagi dengan Indonesia kan, karena kamu sudah beberapa kali pergi ke Indonesia.

Aku adalah penggemarmu yang sudah mengagumimu sejak tahun 2006. Aku masih ingat ketika itu dini hari, pertandingan Liga Champion antara Manchester United melawan (aku lupa siapa). Ketika itulah pertama kali aku melihatmu dan sejak saat itu aku sudah langsung mengagumimu.

Kamu sangat ganteng, permainanmu sangat bagus, dan gayamu di lapangan yang sangat keren. Itu adalah 3 hal yang membuat aku jadi menyukaimu. Sejak saat itu aku mulai mencari informasi dan mengumpulkan apa saja tentang kamu. Setiap hari Sabtu malam, acraa rutinku adalah duduk di depan televisi dan menonton pertandingan Manchester United di Liga Inggris. Begitu juga degan Liga Champion yang rutin aku tonton. Tidak lupa dengan timnas Portugal yang selalu aku dukung, bahkan sampai sekarang. 

Aku berteriak-teriak sendiri ketika Manchester United menang dan kamu mencetak gol, dan aku juga menangis (ya, benar-benar menangis) sendirian, malam-malam, ketika Manchester United kalah, atau bahkan kamu diberi kartu merah (ya, aku menangis sampai keesokan paginya di sekolah, bahkan ketika Ujian Nasional aku ketiduran karena semalaman menonton Liga Champion). Aku juga marah-marah sendiri ketika kamu dilanggar oleh pemain lain. 

Aku juga banyak mendengar berita tidak menyenangkan tentangmu, tapi aku tetap bertahan menyukaimu. Aku juga ingat betapa galaunya aku ketika aku tahu kamu sedang ada di Bali dan aku tidak bisa pergi kesana untuk ikut melihatmu.

Aku juga masih ingat, ketika itu aku kelas 3 SMA, dan sangat menyukaimu, aku selalu menggunting gambarmu yang ada di koran atau majalah di perpustakaan sekolahku. Tentu itu kulakukan dengan sembunyi-sembunyi agar tidak ketahuan oleh penjaga perpustakaan di sekolahku. Kemudian, aku menempelkan semua gambarmu yang kudapat dari majalah dan koran dalam sebuah scrapbook yang kubuat sendiri (entah kemana sekarang scrapbook itu ya). Kesukaanku pada kamu terus berlanjut, bahkan sampai aku kuliah. Bahkan, sampai kamu pindah ke Real Madrid, aku pun berpindah mendukung Real Madrid dan kamu. 

Aku masih sangat ingat ketika aku mengikuti lomba pidato bahasa Jepang di kampusku, aku menceritakan tentang kamu dan kesukaanku pada kamu. Ya, dalam bahasa Jepang, dan aku memakai kaos bergambar wajahmu. Ternyata di luar dugaan, sambutan terhadap pidatoku sangat baik, dan aku mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tentangmu, walaupun akhirnya aku tidak menjadi pemenang. 

Aku masih ingat pertanyaan yang akhirnya membuat seluruh penjuru auditorium tertawa, “Moshi Cristiano Ronaldo to aetara, nani wo shitai desuka?” (Kalau kamu bisa bertemu dengan Cristiano Ronaldo, apa yang ingin kamu lakukan?). Jawabku adalah “Mochiron Cristiano Ronaldo to kekkon shitai desu (Tentu saja, ingin menikah dengan Cristiano Ronaldo), yang langsung disambut dengan tawa di seluruh auditorium.

Jujur saja, saat ini aku sudah mengumumkan pensiun dari hingar bingar dunia sepakbola, karena aku sudah memiliki kesenanganku yang lain. Aku berhenti menonton sepakbola. Tapi bukan berarti aku berhenti mengikuti kabar tentangmu. Baru-baru ini kamu memenangkan Ballon d’Or. Selamat untukmu, ya. Dan aku juga masih sangat ingat hari ulang tahunmu. Maka, aku khusus tulis surat cinta ini, di hari ini, di hari ulang tahunmu. 

Selamat ulang tahun untukmu, ya. Salam cinta dariku di Indonesia. Semoga suatu saat aku bisa melihatmu main sepakbola secara langsung.

To Hanbyul


To Hanbyul (@jasononestar)

Hi Hanbyul. My name is Dian. I’m your new fan from Indonesia. I teach Japanese at university in Indonesia. Now, let me first tell when I knew about you and became your fan. This is a project by @poscinta to write a love letter in 30 days. Today has a special theme, that is write a love letter to celebrity in twitter world. Because I’m your fan, I decided to write a letter to you. Hope you’ll read this letter even though my English is very bad. :)

Actually, I’m a fan of 2NE1. I like their song entitled Missing You so much. Then, I read in a website that LEDApple covered Missing You recently. I, whom a fan of 2NE1 was very curious and really wanted to see the result.

When I watched the result in Youtube website, I, whom usually watched the video in Youtube at a glance, even can’t take my eyes off of you and Youngjun because I was very amazed with your performance there. I don’t understand the meaning of that song because I hadn’t learned Korean for several months, but when I watched your performance I was very amazed and I liked your voice since that time. 

You sang the song that I have liked before very well and full of emotion. Moreover, if I can speak honestly, I like your cover version more than the original version. I seldom cry when I listen to the song. But when I listened to Missing You that you sang, I listen to that song almost everyday. Even in one day, I listened to that song all the afternoon nonstop. The more I listen to it, the more I like that song and the more I want to cry as I listen to your voice. Then I started to watch your other videos at Music Note. I was very amazed because your voice is very beautiful and can make every song that you sing even more beautiful. Your voice is just like lullaby for me and very good to be stress healing.

Since that time (I still remember the exact day, that is January 1st), there’s no one day I stop think about and adore you. When I read the information about your private life, I was even very amazed because you’re a genius polyglot (wow, you can speak Korean, English, Japanese, French, and Latin). You know, I learned French when I was in high school and I got headache in every lesson because I just can’t get into French. Even you’re a Dentistry student at university in Australia. For me, it’s such a great thing, Hanbyul. You can manage your career and study well. I’m very envy with you. You’re such an inspiration for me, because we’re almost at the same age. I’m only one year older than you.

If I can say three things which will be your charming point, that’s your smile, your beautiful, heavenly, and angelic voice, and one dimple on your left cheek. You know, I also have one dimple on left cheek, just like you. For me, you’re simply a literally definition of perfection. You’re adorable, Hanbyul.

Keep fighting on your career, Hanbyul. I’ll always support and adore you and also LEDApple. Please come to Indonesia because I’m sure that LEDApple has so many fans in Indonesia. Oh, I’ll go to Japan in April. I hope I can visit Korea someday to watch your performance live. I also hope that LEDApple can come to Japan very often so that I can watch your performance live in Japan. I really want to meet you. See you, Hanbyul.

Senin, 03 Februari 2014

Untuk Mas K


Untuk Mas K
                                                                                                
                                                       30 Hari Menulis Surat Cinta (Hari Ke-1)

Ketika pertama kali membayangkan surat cinta, orang yang pertama kali terbayang harus kukirimi surat cinta, tentu saja, kamu sendiri pasti sudah bisa menebak, ya, pasti kamu. Tapi, ketika harus mulai menulis kata pembuka untuk surat ini, lagi-lagi, kamu pasti juga sudah bisa menebak, bahwa kata yang keluar bukanlah kata yang seharusnya aku tuliskan.

Karena kamu sendiri juga pasti sudah mengerti, kalau aku memang sangat ingin banyak menulis padamu, tapi semua kata hilang dari catatan yang sudah kusiapkan semalam suntuk, hanya ketika mendengar namamu.
Itulah mungkin sebabnya aku bersedia menunggu kamu selama ini, mungkin kedengarannya menunggu sesuatu yang sangat tidak pasti, tapi aku bersedia melakukannya. Karena hanya dengan mendengar namamu, ada hal yang tidak biasa di dalam kepalaku, juga di dalam perut dan hatiku. Entah apa namanya ini, aku sendiri juga tidak ingin mendefinisikannya.

Baiklah, sebaiknya aku mulai dari mana surat ini ya? Hmm, mungkin lebih baik kalau aku mulai dari waktu. Waktu seperti berlari dalam ketidakpeduliannya terhadapku, sampai sekarang, tanpa terasa, sudah tahun ketujuh aku berada disini menunggu kamu. Kamu tahu, tujuh tahun bukan waktu yang sebentar untukku. Tujuh tahun terasa sangat panjang, dan oh ya, juga tidak ada ujung, tidak ada hasil, dan masih banyak tidak ada yang lainnya. Tapi sekali lagi, jalan yang seperti tidak ada ujung itu tidak sebanding dengan ketika aku hanya melihatmu, sekali lagi kutuliskan, hanya melihatmu. 

Kamu berada di jarak yang sangat dekat denganku. Kita hanya terpisah oleh satu bangunan dan satu lantai. Jarak yang masih bisa kuukur dengan kemampuanku. Tapi apakah jarak yang sedekat itu lantas memungkinkan perjumpaan kita? Di satu waktu tertentu, ya. Aku masih ingat perjumpaan kita beberapa hari yang lalu yang tampak seperti adegan dalam drama. Kamu melihatku dari cermin, lalu berlalu begitu saja. Ya, berlalu begitu saja. Kamu pasti masih ingat juga kan?

Tapi ternyata pertemuan lebih banyak berkata tidak untuk kita. Karena aku berada di balik ruangan kaca, sedangkan kamu ditutupi oleh tembok dan layar komputer. Tidak masalah, bagiku. Karena kamu adalah hal yang kulipat rapat dan rapi, kumasukkan dalam kantong kecil bernama hati, dan kubawa kemana-mana, seperti orang Jepang yang suka membawa omamori. 

Ah, ya, aku sudah mendapatkan definisi tentangmu. Kamu adalah omamori buatku. Kamu jimat yang berisi doa. Dengan meyakini bahwa kamu adalah jimat yang masih selalu mengingat dan mendoakan aku, aku terus beranggapan bahwa proses (ya, aku meyakininya sebagai proses) menunggu yang sudah memasuki tahun ketujuh ini  akan ada hasil yang baik untukku. Entah hasil apa, aku sendiri juga tidak berani membayangkannya. Ah, ternyata di balik keyakinanku, masih ada berpuluh-puluh ketakutan tentang kenyataan yang harus kuhadapi.

Aku sendiri masih tidak tahu sampai tahun keberapa aku akan bersedia menunggumu. Tapi, aku sendiri sudah meyakini, bahwa kalau tidak dengan kamu, berarti tidak dengan semua orang di seluruh penjuru bangunan ini. Semua yang mengelilingi bangunan kecil ini, sama dengan kamu. Katakanlah, aku sudah sampai pada tahap tidak bisa lagi membayangkan dengan yang selain kamu.

Beginilah Mas K, suratku yang pertama. Mungkin terdengar berlebihan bagimu, tapi kalau kamu jadi aku, aku yakin kamu pasti akan tahu rasanya.