Jumat, 23 Desember 2011

Diam

Ketika rasa yang selama ini kupelihara sudah tidak mampu lagi memahamimu
Aku merasa sudah tidak tahu lagi bagaimana harus memenuhimu
Dengan cara dan kata apa
Ketika diam mungkin akhirnya lagi-lagi menjadi pemecah kebuntuan perasaanmu
Diammu tak akan pernah memecah sunyi, kau tau
Malah hanya akan mendalami duka, ku dan mu
Diammu menebalkan jarak terjauh kita
Kata-kata hilang dalam kuburnya masing-masing
Dan aku memilih untuk percaya padamu
Kalau diammu adalah pilihan untuk menyampaikan rasa
Mengungkapkan kata
Mungkin diam pun merupakan sebuah kata untukmu
Hening menjadi bahasamu yang baru
Tapi kamu harus ingat bahwa hanya aku yang selama ini bisa memenuhimu
Yang orang lain tak bisa memenuhi kamu
Mungkin suatu saat kamu akan kembali mendatangiku
Berharap untuk kupahami lagi, kupenuhi dengan kata-kataku kembali
Ketika itu akulah yang akan berpikir keras, seperti kamu yang saat ini berpikir ratusan kali
Masihkah aku bisa memenuhimu, atau mau kembali menggenapi perasaanmu?
Pernahkah kamu berpikir suatu saat nanti aku yang akan ganti diam
Diamku akan selamanya menjadi dukamu
Hatiku yang berhenti memenuhimu akan menjadi kekosonganmu yang selamanya
Aku, kamu, kita lihat saja nanti
Tidak ada yang tahu, aku pun tidak

Hanya

Ternyata melupakan tak semudah kosa katanya
Melupakan tak juga semudah katanya dan kata orang
Ini sudah bulan dan hari ke entah
Seharusnya aku sudah kembali hidup normal
Lupa pernah ada dia
Tapi sayangnya aku gagal segagalnya
Bahwa ternyata yang nyata adalah aku masih sangat jelas mengingatnya
Sangat merasa
Karena dia memang tidak pernah pindah dari hati
Kenapa bisa
Padahal dia hanya dia
Tapi hanya dialah yang membuat semuanya menjadi tidak terasa hanya

Kamu

Tapi aku seperti emka, kurasa
Jatuh cinta kepadamu adalah kejutan yang membahagiakan, meskipun tanpa rencana
Dan benar saja
Semua seperti sudah digariskan
Aku tak pernah tau siapa yang menggariskannya untukku
Mungkin tangan Tuhan kembali sedang bekerja untukku
Bahwa tangan Tuhan terkadang sakti
Mampu mewujud mampu menolak
Itu tetap kupercaya
Dan ketika tangannya yang sakti dan penuh kejutan mengantar kita ke saling berhadapan dan membungkuk
Aku tak pernah menduga, bahkan sampai sekarang, mungkin juga besok
Bahwa bungkukan pertama itu tak berakhir, paling tidak untukku
Bungkukan itu tidak hendak berakhir
Bungkukan itu menjadi sesuatu yang akhirnya kuakui sebagai sedikit suka
Sungguh penuh kejutan yang tak pernah kurencanakan
Semua itu ternyata bahagia
Dan ternyata suka kepadamu lebih dari sekedar suka
Walaupun hati dipatahkan sendiri olehmu
Tapi seberapa mampu hati yang patah tersambung lagi oleh kebahagiaan yang tanpa rencana
Juga darimu
Itu yang selalu kupelajari darimu
Jatuh cinta kepadamu adalah kebahagiaan sekaligus ketidakbahagiaan
Melebur menjadi satu
Bahwa kemudian bahagia yang lebih kuinginkan dan akhirnya kurasakan
Semua juga karenamu yang memang luar biasa
Paling tidak hanya dalam kenangan
Yang penting aku bahagia, pernah bahagia

Tanpa hati

Ketika hatimu sudah bukan lagi tempat yang seharusnya kudiami
Hati itu sudah tak seharusnya bersamaku
Ketika aku sudah tak mampu lagi memahami dan memenuhimu
Ketika kamu sudah tak bertahan lagi dengan rasa dan ingin yang sama
Maka aku memilih akan pergi
Sebelum pergi aku ucap selamat tinggal
Dengan segala hormat dan kasih aku ucap selamat tinggal
Aku tak akan meminta pun membawa pulang hati yang seharusnya menjadi milikku
Aku tak hendak berderma memberikan hati cuma-cuma padamu
Aku biarkan saja hati tetap tinggal bersamamu untuk kamu simpan
Untuk kamu kenangkan bahwa hati itu pernah ada
Untuk kamu pikrikan, bahkan mungkin kamu sesalkan suatu saat telah mengabaikan hadirnya hati itu
Aku tak yakin apa aku akan kembali untuk meminta hati itu suatu saat
Aku bukan tak ingin, tapi tak bisa
Lelah dan ketidakpahamanku karena tak mampu memenuhimu
Kurasa aku tak perlu lagi itu
Bawalah hatimu sendiri
Dan bawalah hatiku bersamamu
Aku tak perlu lagi
Tidak untukmu, tidak untuk yang lain
Aku akan berlagak hidup normal tanpa hati

Hilang

Mendapati kenyataan kehilangan ponsel, kehilangan kunci pintu, kehilangan dompet
Apa selanjutnya harus mendapati kenyataan kehilanganmu?
Ponsel, kunci pintu, dan dompet bisa kucari gantinya
Sedang kamu tak bisa ada gantinya
Kamu hilang pun hanya tubuh
Hati, jiwa, bayangan tidak hilang
Kamu di hati, kamu di jiwa, kamu di otak, kamu di darah
Kamu di setiap sel tubuh
Kamu adalah aku dalam sosok lain
Kamu, aku, satu

Kamis, 22 Desember 2011

Kangen

Di antara kepul asap malam ini
Aku sedang menghadapi puluhan huruf yang menyesakkan mata, memusingkan kepala
Tiba-tiba mata tertambat pada sebuah kata hingga akibatkan rindu
Aku rindu
Pikirku melayang pada sebuah tempat, sebuah nama, sebuah benda, dan berbagai cerita
Aku rindu suatu pagi ketika matahari musim panas masih malu-malu muncul di balik awan pekat
Aku mengayuh sepeda kesayangan
Melewati pagi yang masih berkabut di balik laut
Menyeberangi jalan, menerobos dua kali lampu merah, berkejaran dengan waktu
Tetap saja, di negeri asing yang jauh, menerobos dan ngebut kubawa-bawa tanpa malu barang sedikit
Tujuanku sebuah tempat, yang akan mengawali ingin
Stasiun rinkuu town
Inginku bertemu denganmu
Tetap saja aku ketinggalan kereta pagi
Aku duduk menunggu di peron, demi kereta berikut yang datang tak lama
Itu sudah cukup membuatku gelisah dan merasa bersalah padamu, pada keterlambatanku
Kamu akan menungguku di tengah sesak manusia sampai pukul entah
Aku membentangkan sebuah peta lebar
Hanya ada puluhan jalur kereta disana
Mencari jalan yang akan mengantarku dan mu ke berbagai ingin
Kamu
Aku, kamu, stasiun, kereta, perta
Kita berlima berkongsi menjadi sahabat karib
Aku tak bisa tanpa kereta dan stasiun
Mereka berdua selalu menanti hadirku
Setia mewujud apapun inginku
Sama juga peta yang seperti kedua kakiku, penuntun langkahku
Aku tak punya peta, aku tak punya kaki
Hingga semua menuntunku menujumu
Bahwa kita berlima sebenarnya satu, aku baru sadar setelah lama
Katanya perempuan sulit membaca peta
Bahwa peta yang katanya sulit itu pada akhirnya mampu kutaklukkan
Tentang betapa panik sahabatku ketika tersesat dan pergi tanpaku, tanpa peta
Tentang betapa paniknya aku saat lupa membawa peta, seolah melepaskan kedua kaki dan lupa memasangnya kembali
Tentang sahabatku yang berkata, dia tak perlu bawa peta, karena dia sudah membawaku serta
Aku rindu membaca peta dan stasiun rinkuu town
Aku rindu menumpang kereta yang betapa dalam kantuk aku masih mengingat jalan pulang
Keika dalam lelap aku sadar harus turun kereta
Aku rindu kereta yang menemani pagi berkabut aku dan kamu
Mengawal siang kita yang benderang. Mengakhiri langkah ketika jingga tiba di angkasa
Hingga kereta yang mengantarkku kembali memelukmu dalam kelam malam
Aku,kamu,stasiun,kereta,peta
Ternyata berada dalam satu garis lurus
Satu mata rantai perjalanan hati
Saling membutuhkan
Terima kasih kepada semuanya untuk menjadi bagian dari rantai perjalananku
Terima kasih stasiun rinkuu town untuk menjadi langkah awalku melihat dunia indah disana, melihatmu
Terima kasih kereta karena mimpi mewujud tak hanya lagi-lagi jadi mimpi
Terima kasih peta untuk menjadi teman, bahkan menjadi aku sendiri
Karena kubayangkan peta dan aku, kami simpul kerumitan, yang jalan pembebasannya hanya ada dalam diri kami sendiri
Tak lupa terima kasih untuk kamu, untuk menjadi kamu

Kamis, 01 Desember 2011

1608 (a story)

Aku rindu 1608ku...
Tempat aku pernah hinggap dalam bahagia dan kesah
Dimana mimpi 5 tahun lalu menjelma menjadi mimpi 2 bulan di musim panas yang menyengati hariku
Aku rindu sebuah sudut jendela yang tinggi hampir di awan
Sudut jendela itu kunamai sudut kenangan
Dari sudut kenangan itu bisa kulihat pantai Marble yang berakhir di lautan maha luas
Menyebarkan aroma laut khas musim panas
Marble yang selalu kurindu
Aku ingat betapa dengan sahabat yang kucintai aku kerap bersepeda menujunya
Ketika tiba di bibir pantai langit membentangkan karpet senja menyambut kedatanganku
Dari sudut kenanganku, taman Rinkuu terlihat bagai titik saja
Tapi tak lantas kulupakan bahwa taman Rinkuu memenuhi otakku dengan kenangan
Sahabat yang kucintai kembali memenuhinya dengan tawa
Sudut kenanganku yang menghadap laut itu ketika malam akan menampilkan kembang api mini
Warna warni musim panas, laut dan kembang api serasi seperti kekasih
Sudut kenangan itu kerap menyuguhkan kelip lampu malam bandara di depan kedua mataku..seolah memanggil2 untuk segera pulang
Aku hanya diam, lupakah bandara bahwa aku dan dia dua magnet kutub utara?
Aku menolak keberadaannya yang selalu ingin menarikku pulang
Sudut kenangan itu juga yang ketika malam membuat bianglala besar di kejauhan terlihat sangat warna warni
Sudut kenangan juga telah membuat jembatan besar di seberang lautan terlihat indah ketika langit membentangkan tirai jingga, mengantar matahari pulang ke rumahnya
Menemani mataku selanjutnya memandang pantai Sazan dari kejauhan
Sazan yang indah dan hangat di balik 2 jembatan lebar yang kusebrangi dengan sepeda
Lelah tak kurasa demi merasakan angin lembutnya
Di sudut kenangan aku ingat pernah bercakap dengan sahabat tentang mimpi, cinta, kenangan, hingga air mata
Kadang ditemani sekaleng bir
Dengan diri pun aku kerap berdialog di sudut kenanganku
Di sudut kenangan aku sering memandang jauh ke arah entah, membayangkan masa lalu, masa kini, dan esokku
Tak jarang aku melamunkanmu, membayangkan entah berapa jauhkah, berapa dekatkah, jarak memisahkan kita
Suatu hari ketika dari sudut kenanganku terlihat setitik bintang dan sebongkah purnama
Aku kembaoli terkenang akanmu
Lama sebelumnya kamu pernah berkata bahwa bintang dan bulan purnama malu2 muncul di langit malam Osaka karena kalah terang dengan bingar lampu malam
Tapi kini semua itu tampak di mataku
Apakah kamu melihatnya, langit berbintang dan bulan purnama yang kamu rindukan hadirnya?
Aku tak ingin menutup tirai ketika lelap agar bintang dan bulan menjadi temanku yang kembali akan mengingatkanku pada (pernah) hangat senyummu
Agar ketika aku membuka mata nanti hamparan laut maha luas dan sinar matahari musim panas tidak hilang dari mataku
Aku mengenangkan semuanya, mengenangkanmu...

Kebetulan saja...

Tiba2 saja setelah aku menonton video CA2 yang tidak bosan2 kutonton, aku sadar bahwa ada begitu banyak hal yang sudah berubah, banyak sekali. Sejak pertama kali yang namanya masa depan itu mulai kupikirkan. Sekecil apa pun bentuk masa depan yang pernah terpikirkan olehku. Ternyata benar. Semuanya serba kebetulan. Kebetulan aja setelah lulus SD aku pengen sekolah di Malang. Aku nggak bisa membayangkan kalau aku tetap ngotot mau sekolah di Surabaya. Kebetulan aja setelah lulus SMP aku masuk SMA 1 . Aku nggak bisa membayangkan kalau aku tetap ngotot mau sekolah di SMA 3. Kebetulan aja aku masuk jurusan bahasa karena cuma itu yang aku bisa dan aku suka. Aku bahkan nggak punya alasan lain yang bisa menjelaskan aku harus masuk bahasa. Seharusnya aku bisa fokus dan nggak lari kemana2 dari yang berkaitan dengan bahasa karena passionku disitu. Kebetulan aja aku masuk UGM. Aku juga nggak bisa membayangkan kalau aku tetap ngotot masuk UI. Kebetulan aja aku masuk Sastra Jepang karena aku merasa cuma itu yang lagi2 aku bisa dan aku suka. Lagi2 seharusnya dari awal aku sudah tau dan bisa fokus sama Jepang2an. Tapi aku sempet melirik2 yang lain2 sehingga sempat lupa dengan apa yang menjadi kesukaanku sejak awal, yaitu Jepang dan bahasa. Aku sempat kelewatan mendapat kesempatan beasiswa ke Jepang setahun yang sebenarnya bisa2 aja aku dapatkan kalau aku fokus. Untung aku masih ingat dan sempat kembali sehingga nilai2ku tetap lumayan dan bisa lulus dengan cepat. Setelah itu kebetulan aja aku S2. Aku nggak bisa membayangkan kalau aku nggak S2 dan tetap ngotot mau kerja ini itu yang mungkin nggak memakai bahasa Jepang terlalu banyak. Aku lupa kalau nggak semua orang dapat kesempatan bisa S2. Banyak orang yang mau S2 tapi terganjal biaya. Aku bisa biaya sendiri tapi sempat nggak mensyukurinya dan pengen berhenti gitu aja. Ternyata aku dapat banyak lewat S2 ini. Berkat S2 aku bisa ke Jepang dan mendapat pengalaman yang nggak terkira banyaknya. Berkat S2 juga aku bisa jadi asisten dosen. Aku jadi sadar kalau segala sesuatu yang aku lakukan ternyata banyak yang serba kebetulan dan semuanyta berjalan dengan baik2 saja. Aku mau mencari kebetulan2 lain entah apa. Karena aku yakin masih ada banyak kebetulan lain yang sedang disiapkan Tuhan buat aku, asal aku fokus mencarinya.. :)

Sabtu, 12 November 2011

Media nyasar

Ketika teringat hari sudah ambang seminggu
Lisan dan aksara, kesadaran yang termediasi.
Genre dan cinta
Semua masih belum terpecahkan, belum menemukan jalan pembebasannya
Terjebak dalam kelisanan dan keberaksaraan
Berputar mencari makna bunyi dan kata
Otakku melayang membawa ke satu kesadaran
Ada yang tak bisa kulisankan
Pun tak bisa kujelmakan dalam aksara
Karena hanya bisa terasakan
Satu saja
Rindu dalam hati
Rindu yang untuk kamu
Rinduku tak berbunyi dan tak punya kata
Rinduku bisu, rinduku pada kamu yang rindu
Rinduku yang amat sadar
Rinduku yang tak berhasil menemukan medianya, baik lisan pun aksara
Bahkan dunia maya si kelisanan keduanya tak mampu berlaku semestinya untuk rinduku
Enggan yang terlalu tinggi, kamu, aku, untuk mengucap rindu, atau menuliskan rindu
Jaid rinduku hanya sunyi, sunyi laut dan pulau yang membuat garis panjang pemisah kita
Di balik sunyi apakah sampai rinduku?
Harusnya, karena rinduku rindu tak perlu lisan dan aksara, pun media

Kami, Aku

Aku pergi pagi-pagi menuju ladang kerjaku.
Hari ini aku harus membanting tulang dari pagi hingga senja.
Aku tak punya motor dan mobil sehingga harus naik kendaraan umum.
Tak terhitung berapa kali aku harus naik turun.
Satu kali pernah aku menumpang kendaraan umum yang telah kunanti satu jam lebih hingga aku terlambat dan hampir dipecat majikan.
Satu kali lagi aku berada di atas kendaraan reyot tinggal rangka.
Aku juga pernah berada dalam kendaraan yang serupa sauna berjalan dengan sangit keringat tumpukan manusia.
Pernah aku berada di dalam kendaraan dengan pengemudi berlagak Fernando Alonso di Sirkuit Sepang, Malaysia.
Belum bergulat dengan macet, bising, asap yang seperti tinta cumi-cumi, kuris bolong, kena tempias air hujan, dan tangan jahil.
Satu kali bahkan aku harus menumpangi gerbong besi menuju ladang kerjaku yang ada di kota sebelah.
Di gerbong bekas Jepang yang bahkan belum dihapus tulisan kin'en itu aku berdesakan.
Tak jarang terjepit di tengah, dekat pintu, kadang-kadang bersembunyi di atap.
Was-was terjerat kabel yang sewaktu-waktu bisa melilit.
Itu belum kalau ditunda atau terlambat untuk sebab entah.
Jangankan untuk merelakan kursi kepada orang tua atau ibu hamil, untuk meletakkan pantat sendiri pun kebingungan.
Sedang berdiri bisa membuat terjerembab.
Sejenak aku teringat ketika aku berkelana ke Jepang di musim panas yang menyengat.
Aku teringat pesan seorang guru.
Never be late 'cause the Shinkansen will never wait for you, even just a second.
90 kilometer Kyoto Osaka hanya dalam 15 menit bahkan kurang.
Itulah mimpi manusia yang kemudian jadi nyata.
Berlari secepat cahaya.
Tanpa macet, telat, tukang jual air minum palsu, apalagi peminta kecil.
Aku tak perlu berjibaku dengan mereka yang mau keluar atau naik.
Ketika mereka yang cacat dan tua adalah istimewa.
Ketika bisa istirahat memejamkan mata sejenak di dalam, tanpa takut handphone atau laptop lenyap.
Kemudian kenyataan melemparkanku kembali ke kendaraan reyot tinggal rangka yang dijejali puluhan manusia.
Aku sadar inilah kami.
Kami yang terlalu bangga hanya membeli barang bekas tanpa mengolahnya lagi, sehingga jadi bahan tertawaan pemilik aslinya.
Kami yang sebenarnya terlalu aku hingga lebih suka naik motor dan mobil, hingga membuat bis dan kereta jadi anak tiri.
Kami yang bangga dengan motor dan mobil bikinan Jepang yang bahkan di Jepang sudah tidak laku.
Kami yang mampu mencicil motor gratis hanya bermodal fotokopi katepe, hingga membuat trotoar alih fungsi dan pesepeda kehilangan jati diri.
Kami yang punya orang-orang hebat yang pandai bicara tapi tak mampu bikinkan bis dan kereta yang nyaman bagi kami, hingga kami lebih nyaman dengan kredit ala katepe
Kami yang harus selalu mengumpat karena tua di jalan tanpa tahu umpatan itu ditujukan ke siapa, tanpa tahu umpatan itu mental ke kami.

Tatap mata

Aku menghargai setiap pertemuan kita.
Pertemuan kita yang blue moon, sangat jarang sekali.
Seperti sore mendung itu.
Aku tidak menduga bahwa sore sekelabu itu akan jadi cerah di hati setelah bertemu denganmu.
Ketika aku melangkah menuju entah.
Sesaat kemudian mata tergerak menoleh.
Entah apa yang menggerakkannya.
Siapa, kukira? yang menatapku dengan tatap mata ganjil.
Aku lalu sadar.
Itu kamu yang telah memotong rambut panjang indahmu yang selalu membuatku iri.
Aku ingat tata mata yang selalu ganjil itu.
Hanya kamu yang punya tatap mata seganjil itu.
Dan hanya kamu yang selalu menatapku dengan seganjil itu.
Aku menoleh dan kamu sudah berlalu bersama kelabu.
Tampak bayangmu dari belakang, ya, itulah kamu, yang selalu kuamati langkahmu dalam isak.
Sesal, karena yang bisa kunikmati hanya bayangan dan langkah menjauhmu
Kemudian dalam langkah pulangmu setelah kunjunganmu ke rumah Tuhan kita bertemu kembali.
Rumah Tuhan, ya
Ternyata kamu masih ingat langkah pulang ke rumah Tuhan
Aku ucap syukur dalam hati pada Tuhanku.
Kamu masih ingat langkah pulang ketika aku yang sekarang tersesat tak tahu harus pulang kemana.
Ketika itu mata kita ternyata sempat bertemu kembali.
Masih dengan tatap mata ganjil yang tadi.
Tatap mata yang sungguh tidak bisa terlupakan.
Tolong hentikan tatap mata itu.
Tak bisakah kamu ganti tatap mata ganjil dan dingin itu dengan tatap mata seperti musim semi yang kabarnya hangat?
Tolonglah. Jangan menambah mendung yang sudah mendung.
Aku tak pernah merasakan hangat musim semi.
Bolehkah aku merasakannya dalam tatap matamu?

Keping Bahagia

Musim semi yang kabarnya hangat segera berlalu.
Datanglah musim panas yang mataharinya sungguh tidak kira-kira.
Kamu datang masih membawa hangat musim semi.
Meskipun aku tahu kebersamaan yang sesaat itu jauh lebih sakit,
Aku berusaha membahagiakan setiap inci kebersamaan kecil itu.
Kisah, janji, pinta, rahasia, tawa.
Hingga titik cemburu yang muncul di hati pun hanya mampu dipadamkan olehmu.
Hingga hanya bahagia yang mampu aku rasakan.
Semua kepingan bahagia kecil itulah yang akan kususun serupa puzzle
Hingga menjadi bahagia besar yang terbingkai rapi di hati.
Akan kukenang jika suatu saat kamu pergi.
Bahwa bahagia itu ada artinya.

Moksa

Di luar jendelaku rintik hujan bagai larik puisi.
Turun satu-satu, beranjak menuju akhir dan selanjutnya wangi tanah yang segar akan tercium.
Kadang diselingi angin kecil yang lembut menyelusup celah jendelaku.
Aku sedang berbaring dengan selimut membungkus tubuh.
Menunggu hujan yang segera akan berganti pelangi seperti janji pepatah.
Di balik hujan, aku tahu ada yang tidak mungkin sirna.
Mungkin itu rindu.
Rinduku seperti hujan setahun di lahan tandus.
Sangat mendamba bersentuhan dengan tanah.
Ingin selamanya bersatu dengan tanah, moksa.
Aku pun ingin selamanya bersatu denganmu, moksa menjadi cinta.
Mungkinkah?

Rindu musim semi

Hati terasa rindu pada kekasih hati di seberang lautan
Ketika hujan menangis di bumi
Terasa kuat ingin bertemu
Kekasih yang disana, terasakah yang sama.
Sedikit saja. pernahkah setitik rindu beterbangan mengitari hati.
Berkelana menyeberangi lautan.
Hingga tersampaikan padaku disini.
Kekasih, ketiks rindu aku akan selalu memutar rekaman di otakku tentangmu.
Karena rindu bagiku adalah sepi.
Dan kamu serupa bingar yang hapus sepi.
Kali ini rekaman itu terhenti di sela-sela hangat musim semi.
Musim semi akan selalu terkenang padaku sebagai musimnya pertemuan.
Singkat yang ternyata tak berujung pangkal.
Selain mencintai, dicintai, mungkin.

Jumat, 11 November 2011

Pedang bermata dua

Seorang samurai sedang kebingungan memilih pedang untuk perang yang tinggal sebentar lagi
Pedang lamanya sudah merengek minta pensiun
Dia memasuki kastilnya yang megah di tengah kota Osaka
Di dalamnya ada ruang berlapis kaca
Berderet pedang para leluhur
Semua pedang sakti
Ada pedang yang dilapis doa, pedang yang dilapis emas, pedang yang dilapis racun, hingga pedang bermata dua.
Sang samurai hanya perlu memilih satu untuk menebas musuh yang datang sesaat lagi
Sejenak samurai kebingungan
Pedang mana yang harus dipilihnya?
Ingin dia memilih semua karena kesaktian pedang-pedang itu
Lalu akan digunakannya kedua belah tangan kanan dan kirinya untuk membunuh musuh bebuyutan.
Sayang itu mustahil
Hanya tangan kanannya yang boleh memegang pedang karena yang kiri luka akibat perang masa lalu
Akhirnya jatuh pilihannya pada pedang bermata dua.
Sesaat hatinya ragu.
Pedang bermata dua.
Baikkah?
Bagaimana kalau malah jadi bumerang yang berbalik membunuhnya?
Ah tak mungkin.
Pedang bermata dua, dengan dua matanya yang sakti dan beracun pasti cepat membunuh musuh, dan lebih banyak.
Apalagi ini pedang leluhur, tak mungkin berkhianat pada tuannya.
Dicabutnya pedang bermata dua itu, dan berlarilah dia menuju medan perang
Namun sang samurai lupa, pedang bermata dua akan selamanya bermata dua.
Dan benarlah, si pedang melawan, berbalik menembus dada samurai malang
Samurai pun jatuh, darah mengalir deras dari dadanya
Dengan pedang bermata dua di tangan kanannya.

Sabtu, 05 November 2011

mendadak ingin menulis (mungkin) puisi

Aku menandai aroma tubuhmu yang menemuiku tergesa
Di tengah hiruk pikuk Kyobashi
Pemuda, kembang api, kimono
Hari ini ada festival dan, ya, kita berjalan bersama
Aku menandai setiap gelak tawa dan sentuhan
Di balik takoyaki yang mengepul dan aku yang mengeluh kepanasan
Ya, dan gelak tawa itu yang akan selalu kuputar ulang ketika sepi
Aku merekam setiap kata di pinggiran sungai
Yang beradu dengan angin dan kilap lampu malam
Ketika berbagai kata terlontar
Aku menandai, merekam semua darimu, kamu
Aku menyimpan dan mengunci semua
Semua untukku, jika rindu terlalu bicara di akhir hari nanti
Saat tak ada



-mengingat 24 Juli Kyobashi-



Sudah berbulan lalu dan aku masih ingat dengan jelas rasanya
Ketika kuangkat telpon kamar dan kawat menyambungkannya ke ujung Osaka
Berkilo meter dari ujung pantai tempatku berada
Kalimat singkatku yang terjawab tak kalah singkat
Tapi ada senang di sini :)


-mengingat 22 Juni 2011 1608-



Hari masih terlalu pagi
Aku yang tak pernah bangun pagi
Kamu yang selalu terlambat kali ini tak biasa
Kamu yang masih selalu tergesa seperti biasa
Berjam deru kereta habis dengan kata
Seperti biasa aku yang terlalu luap senang bahkan hanya karena kata sederhanamu
Karena kata sederhana pun jadi tidak sederhana
Karena tak butuh luar biasa untuk bahagia denganmu
Aku yang mengagumi kesederhanaanmu
Kamu yang mendamba ketulusanku
Tapi tampaknya kagum dan damba bagi kita akan selalu bersembunyi di balik mahalnya harga
Atas diri
Atas sahabat
Di jalan filsafat yang penuh tentangmu, Osaka, agama, mimpi, janji, dan aku
Di jalan filsafat yang panjang seperti umur filsafat aku mengagumimu
Hingga sungai Kamo terbentang di hadapan wajah kekenyangan kita
Kamu berucap selamat tinggal


-mengingat 20 Agustus Hirakata-Sanjo Keihan dengan penambahan seperlunya agar (tampak) seperti puisi-


Ya, hari ini hari terakhirku
Besok aku akan mengakhiri 2 bulan mimpi musim panasku dan terbangun
Aku melewatkan hari terakhir di Kyoto, kota lama yang kucintai sejak kaki pertama menyentuhnya
Dan kamu dengan kebiasaan yang membuat luar biasa karena hanya kamu yang bisa dan punya
Hingga malam aku melangkah ke Mukaijima yang berkilo meter tak kalah jauhnya darimu
Hanya kukatakan besok akan pulang
Kalau kamu benar yang kukenal, dering telpon pasti tak lama lagi
Dan ternyata kamu masih tetap yang kukenal seperti dulu
Tenanglah dan kita akan segera bertemu lagi
Maka kamu dengan kebiasaanmu yang tak pernah membiarkan benci di hatiku


-mengingat 30 Agustus Mukaijima-


Ingin ternyata harus tertahan
Dalam diam yang diusungnya untukku
Seolah ingin menagih janji
Jangan khawatir karena mintalah apapun padaku dan aku akan memberimu semua
Jika dia yang minta
Sampai malam pertama dan terakhir duduk berhadap
Dalam sunyi kamar dan sekaleng bir
Aku telah melepaskan mahalnya label harga dan sahabat
Demi rasa
Dan ternyata harga dan sahabat baginya masih begitu tinggi
Hanya genggam tangan dan pasti semu yang selalu bisa dikatakannya
Pasti bertemu lagi, pasti
Sebelum aku keluar dan berlari


-mengingat 20 September 612-



Kali ini biarkan saja
Karena aku cuma ingin memutar kenangan sebelum kantuk melelapkanku
Ingatanku kembali ke satu setengah tahun lalu
Di tengah hujan bertemu pertama
Wajah lucu yang selalu membawa tawaku, tawa semua
Dulu,sekarang,selalu
Aku masih ingat jelas semua


-mengingat musim semi 2010-

meditasi

Aku teringat ketika biasa melakukan meditasi sebelum pentas
Begitupun kulakukan untuk kenanganku
Aku duduk bersila dan memejamkan mataku
Perlahan aku merasa tubuhku sangat ringan hingga bahkan aku sanggup melayang
Kemudian kubuka kotak kaca di hadapanku
Disana kususun rapi kenanganku
Satu persatu
Sangat rapi
Lalu kukunci rapat-rapat kotak kaca itu
Dan kusimpan kuncinya di tempat yang paling tersembunyi
Kuletakkan kotak kaca itu di sudut


Tapi kenangan masih saja menembus kotak kaca dan lari kembali ke hati


-bagian terakhir kutambhakan karena begitulah kenyatannya-
忘れるのはそんなに簡単じゃないやろ~

Kamu

Kamu selalu hadir dalam mimpi dan jagaku
Selalu ada dalam langkah dan diamku
Muncul dalam senyum dan air mataku
Eksistensimu yang selalu terjaga
Entah siapa yang menjaga
Dalam setiap gerak hidupku
Lalu kemana aku harus lari bersembunyi?
Sampai kapan aku akan terus ketakutan bermimpi dan terjaga
Ragu melangkah dan enggan terdiam
Bosan tersenyum dan lelah menangis?



-tidak dimaksudkan untuk menyindir yang selalu hadir dalam mimpi-

Aku dan laut

Kalau aku tua nanti
Aku ingin menghabiskan sisa umurku di sebuah rumah di tepi pantai
Rumah itu memiliki jendela yang lebar di barat sehingga senja bisa leluasa bertandang setiap sore.
Kalau aku keluar rumah
Aku ingin angin menerpa lembut kausku
Kadang aku akan bersepeda menyusuri pantai
Membawa serta anjing peliharaanku yang lucu
Sekai waktu aku turun dari sepeda dan memutuskan untuk duduk di kursi pantai
Aku memandang jauh ke cakrawala dan kulihat senja
Aku akan melihat ke laut lepas dan merasakan angin lewat di dekat rambutku
Aku juga kerap mendekati bibir pantai dan merasakan air laut menggelitiki kakiku
Di rumah di tepi pantai itu pula aku akan tinggal dengan suamiku yang walau telah beranjak senja dan berperut buncit namun tetap kucintai
Kami yang telah hidup bersama sejak lama sebelum rumah di tepi pantai itu ada
Setiap hari kami akan bercengkrama mesra tentang anak dan cucu kami yang tinggal di tengah kota
Membayangkan senyum indah mereka ketika mereka pulang ke kampung halaman mereka di tepi pantai ini
Mereka
Ya
Pantai, angin, senja, sepeda, anjing, suami, anak dan cucuku adalah harta berhargaku
Mereka semua menyimpan ceritaku


-teringat beberapa saat lalu melihat kakek bersepeda di Marble Beach-

Jumat, 04 November 2011

cerita lama (30-31 Agustus 2011)

Selasa, 30 Agustus 2011: the last day in this country..menggelandang di Kyoto...hari ini nyampe pagi2 banget di Kyoto menuju tempat Salma yang lumayan juga dari Kyoto Eki..nama daerahnya Mukaijima dekat Uji sana..hehehe..terus tidur eh bangun2 sama Salma dan Rida dan Thia udah ada kare ayam...hehehe..selamat lebaran...terus jalan2 berkeliling Kyoto..bareng sampe Kyoto Eki terus aku misah..karena tujuan beda..pertama adalah Nijo jou..sayangnya Nijo jou tutup setiap hari Selasa..begooo..hehehe...terus akhirnya ke Heian Jingu...masuk kali ini..terus menuju ke Yasaka Jinja di Gion....masuk kali ini..kemaren waktu Gion matsuri kan nggak bisa masuk..terus ketemu Nanako di Gion Shijo untuk bersama2 Yukke ke Fushimi Inari..yatta....akhirnya ke Fushimi Inari juga walopun malam2 dan mepet2 banget waktunya..terus makan di Kyoto Eki..sebenernya hari ini ada satu orang yang ingin kutemui karena aku ingin ngasih dia buku Islam yang aku ambil di masjid Kobe kan berbahasa Jepang tuh..sayangnya dia sibuk kaliiii...biasa...jadi gak bisa ketemu..aku cuma sms kalo besok pulang dan ditelpon dong.....memang kenyataannya aku nggak bisa marah kalo sama dia....sasuga ano hito da!!!









Rabu, 31 Agustus 2011: Pagi2 aku udah menuju Kyoto Eki karena aku harus segera ke sentaa untuk ambil koper...udah berangkat pagi tetep aja mepet sampe di Rinkuu Town..setelah ambil koper langsung cabut ke KIX...sedih meninggalkan Kyoto...sedih meninggalkan sentaa...sedih meninggalkan Jepang..di KIX udah ditungguin sama Ikegami san sekeluarga...diantar sampe masuk bandara....terus jam 11 aku take off meninggalkan Jepang..terima kasih ya Jepang sudah memberiku pengalaman yang sangat berharga selama dua bulan ini...suatu saat aku pasti, pasti akan kembali....dalam musim yang lain..dalam purnama yang lain.....aku pasti akan kembali..dan aku nangis dong di pesawat...kaeritakunai, kataku...Kyoto ni sumitai...hehehehe... :p

cerita lama (27-29 Agustus 2011)

Sabtu, 27 Agustus 2011: Yatta...yatto Tokyo da....akhirnya hari ini ke Tokyo juga... rutenya dimulai dengan janjian sama Bayu di Hachiko Shibuya...akhirnya ke Hachiko juga...ternyata kecil ya patung Hachiko itu..aku pikirin besar lho..hehehe..terus dilanjutkan dengan muter2in Shibuya...terus muter2in yoyogi kouen...ternyata lagi ada natsu matsuri disitu..terus ada cotohana juga..aku nulis pesan cotohana lagi deh untuk gempa Tohoku kemaren..hehehe..terus ke Shinjuku dan Takeshiuta doori..terus ke Meiji Jingu... akhirnya sampe juga di Harajuku..sayang gak belanja karena uang udah keburu habis di Kansai...hehehe... terus naik JR Yamanote sen...horee akhirnya naik JR Yamanote sen juga walopun gak pas rush hour sih..hehehe..
akhirnya sampailah di Tokyo Tower...janji 5 tahun lalu untuk pergi ke Tokyo Tower akhirnya tercapai sudah...syukurlah.....hehehe...setelah dari Tokyo Tower lanjut ke Asakusa Jinja..lewat Nakamise Shopping Street dulu yang jadi rame banget karena hari ini ada hanabi...yappp natsu to ieba hanabi nandayo..hehehe..untuk kedua kalinya aku akan nonton hanabi dan kali ini bukan hanabi biasa karena hanabinya ada di Sumidagawa...aaaa Sumidagawa yang selama ini aku tau dari novel akhirnya bisa kukunjungi..hehehe..kerennn sekali hanabinya...sampe malem banget berkelana di Tokyo..thanks to Bayu... :D

Minggu, 28 Agustus 2011: Hari ini edisinya Kamakura sama Bayu lagi...ketemuan di Fujisawa...terus kami menuju Hase...tujuan pertama adalah Kotokuin...yappp Kamakura Daibutsu...akhirnya bisa kulihat sendiri Kamakura Daibutsu setelah selama ini cuma bisa kulihat di buku sejarah...dan bisa kulihat 2 Daibutsu yang ada di Jepang..heheheh.....setelah itu Hasedera...setelah itu Tsurugaoka Jinja..nah kan aku beruntung lagi kalo ambil omamori di jinja..hehehe..setelah itu tujuan selanjutnya adalah pantai...nungguin sunset...setelah itu Enoshima...kami naik eskalator yang puanjang bangetttt...setelah itu naik ke mercusuarnya Enoshima...aduhhh isinya orang pacaran semua.....nanka Kamakura no yakei mo saikou da.......sugeeee!!!! :D













Senin, 29 Agustus 2011: Hari ini nggak kemana2 karena udah bener2 bangkrut sementara masih ada di Kantou..heheh..padahal hari ini harus meluncur ke Kansai meninggalkan tempat Delfa untuk numpang lagi di tempat lain..maklum nomaden..hehehe... :p

cerita lama (25-26 Agustus 2011)

Kamis, 25 Agustus 2011: Hari ini saatnya meninggalkan rumah Yukke untung numpang di tempat lain..hehehe..numpang mulu hidupku nih.... paginya pergi dulu ke USJ sama Yukke, Acchan senpai, Yuriko, Rieka, dan Uepi...naik macam2..jet coaster..untung nggak mati..aku udah pesan aja sama Uepi kalo sampe aku mati tolong bawa jasadku kembali ke Indonesia..hahaha...ternyata nggak mati...terus nonton pertunjukan musikal, perang2an, naik Jurassic Park (ini justru yang paling ngeri menurutku), terus back to the future sama spiderman yang 3d..aku seneng banget naik yang 3d itu tapi anak2 pada mabuk..hehehehe..padahal itu kan cuma 3d...trus nonton shark yang juga 3d....trus naik Jaws..geje banget itu si Jawsnya...terus makan Takoyaki di Osaka Takoyaki Museum..terus cabut naik yakou basu ke Yokohama sama Anita....tanoshikatta... :D










Jumat, 26 Agustus 2011: Sampai juga di Yokohama...nginap di tempat Delfa..Hari ini jalan2 keliling kota Yokohama..mulai dari Minato Mirai....Akarenga..sampai Museum Anpanman..dan tidak lupa Chuukagainya Yokohama yang katanya paling gede seJepang lho..bikin paspor Cina ah..hehehe... :p

Kamis, 03 November 2011

cerita lama (21-24 Agustus 2011)

Minggu, 21 Agustus 2011: Hari ini pergi ke rumah Izumimoto sensei yang ternyata dekat dari rumah Yukke.,..senangnya ketemu Izumimoto sensei lagi, dan suaminya dan anaknya yang lucu yang namanya Munehiro... terus diajak makan okonomiyaki dan ada babinya...astaga......terus diajak main ke Houryuji di Nara..senangnyaa.....baik sekali Izumimoto sensei...malamnya diajak makan..tenang kali ini makannya ayam..hehehe..diantar pulang sama suaminya Izumimoto sensei sampai rumahnya Yukke... :D

Senin, 22 Agustus 2011: Hari ini pergi ke Shitennoji sama Umeda sendirian...hehehehe...tetep aja membolang....

Selasa, 23 Agustus 2011: Hari ini ikut rapat CheRits...habis itu terus pulang sama Nanako...










Rabu, 24 Agustus 2011: Hari ini main sama Anita ke Kobe...owmyguardiolagantengbanget Kobe untuk ke3 kalinya..hehehe..ke Nunohiki Herb Garden naik ropeway dan lihat kebun bunga lili dan bunga matahari..hehehe...terus ke pelabuhan lagi naik Kobe Port Tower..kemaren kan belum naik..terus ke Kobe Maritime Museum dan Kobe Kawasaki Museum..hehehe..terus diakhiri dengan ke Masjid Kobe..sholat ashar disana padahal aku udah nggak puasa sejak tiba di rumah Yukke..hehehe...terus belanja makanan Indonesia lagi di Kobe Halal Food...dan makan malam pake mi instan dan teh Indonesia di Sannomiya selepas hujan..hehehe..itu ceritaku kalo kata iklan..apa ceritamu? :D

cerita lama (17-20 Agustus 2011)

Rabu, 17 Agustus 2011: Hari ini aku meninggalkan sentaa menuju rumah Yukke...beratnya bawa tas berkilo2..untungnya koperku boleh dititipkan di sentaa..hehehe...terus sampe di rumah Yukke langsung diajak sama Fujii san, Imai san, Mas Kubo, dan Yukke ke Byoudouin di Uji...huaaaa bagus disana..apalagi ujicha, teh hijau dari Uji enak banget rasanya...manis nggak kayak matcha2 Jepang biasanya..hehehee....terus sebenernya mau ke Nagoya gak jadi soalnya macet...akhirnya ke Fushimi dan makan di daerah sana..dan tentunya...nomikai..hehehehe... :p

Kamis, 18 Agustus 2011: Hari ini nggak kemana2 padahal Yukke libur baito..hehe...goro2 aja di rumah Yukke...terus siangnya ikut Yukke dan Uepi rapat bousai di McD..ketemulah hari ini sama kakaknya Uepi... :D baik dan ramah sekali orangnya....

Jumat, 19 Agustus 2011: Hari ini ikut rapat CheRits lagi...di youth hostel apa gitu namanya...berangkat sendiri dari rumah Yukke ke hostelnya..hehe..terus setelah itu ke Ninnaji sama Rieka dan Nanako...setelah itu ikut ke McD terus pulang sama Yukke....







Sabtu, 20 Agustus 2011: Hari ini aku janjian dengan orang itu jam 9 di Hirakatashi....pagi2 sekali kami akan pergi ke Ginkakuji..dan hanya berdua..hehehe...sepanjang perjalanan di kereta yang diomongkan adalah katsudou...hehehe...sampai di bis juga yang diomongkan tetap katsudou..kemudian di jalan dia sempat nanya harganya kalau mau naik ressha, itu lho becak Jepang itu..dan harganya 1man bok..sejuta...mahallll.....langsung kutarik dia...gak usah dekat2..mahal..hehehe..jalanlah kami sampe Ginkakuji..hemmm bagus juga.....terus jalan dari tetsugaku no michi..emang aku yang minta ke tetsugaku no michi karena nama jalannya bagus aja..hehehe..sepanjang perjalanan katanya karena ini jalan filsafat, ayo keluarkan semua ide2 filsafat....jadilah kami mengobrol banyak hal..gak tau sampe daerah mana aja...kalau capek berhenti di pinggir sungai..haha...terus lewat Heian Jingu...lewat doang tapi..hehe..terus lewat Hokaben..kali ini kupaksa berhenti karena ada yang belum makan dari pagi...jadilah kami beli makan di Hokaben dan makan di pinggir Kamogawa.. :D selesai makan di Sanjo Keihan kami berpisah karena ada yang mau ke Tokyo dan aku nggak diajak..jadilah aku ke book off sendirian..hehehe...book off nya Sanjo Keihan 3 lantai bok.... :D surgaaaaa.......