Jumat, 23 Desember 2011

Diam

Ketika rasa yang selama ini kupelihara sudah tidak mampu lagi memahamimu
Aku merasa sudah tidak tahu lagi bagaimana harus memenuhimu
Dengan cara dan kata apa
Ketika diam mungkin akhirnya lagi-lagi menjadi pemecah kebuntuan perasaanmu
Diammu tak akan pernah memecah sunyi, kau tau
Malah hanya akan mendalami duka, ku dan mu
Diammu menebalkan jarak terjauh kita
Kata-kata hilang dalam kuburnya masing-masing
Dan aku memilih untuk percaya padamu
Kalau diammu adalah pilihan untuk menyampaikan rasa
Mengungkapkan kata
Mungkin diam pun merupakan sebuah kata untukmu
Hening menjadi bahasamu yang baru
Tapi kamu harus ingat bahwa hanya aku yang selama ini bisa memenuhimu
Yang orang lain tak bisa memenuhi kamu
Mungkin suatu saat kamu akan kembali mendatangiku
Berharap untuk kupahami lagi, kupenuhi dengan kata-kataku kembali
Ketika itu akulah yang akan berpikir keras, seperti kamu yang saat ini berpikir ratusan kali
Masihkah aku bisa memenuhimu, atau mau kembali menggenapi perasaanmu?
Pernahkah kamu berpikir suatu saat nanti aku yang akan ganti diam
Diamku akan selamanya menjadi dukamu
Hatiku yang berhenti memenuhimu akan menjadi kekosonganmu yang selamanya
Aku, kamu, kita lihat saja nanti
Tidak ada yang tahu, aku pun tidak

Hanya

Ternyata melupakan tak semudah kosa katanya
Melupakan tak juga semudah katanya dan kata orang
Ini sudah bulan dan hari ke entah
Seharusnya aku sudah kembali hidup normal
Lupa pernah ada dia
Tapi sayangnya aku gagal segagalnya
Bahwa ternyata yang nyata adalah aku masih sangat jelas mengingatnya
Sangat merasa
Karena dia memang tidak pernah pindah dari hati
Kenapa bisa
Padahal dia hanya dia
Tapi hanya dialah yang membuat semuanya menjadi tidak terasa hanya

Kamu

Tapi aku seperti emka, kurasa
Jatuh cinta kepadamu adalah kejutan yang membahagiakan, meskipun tanpa rencana
Dan benar saja
Semua seperti sudah digariskan
Aku tak pernah tau siapa yang menggariskannya untukku
Mungkin tangan Tuhan kembali sedang bekerja untukku
Bahwa tangan Tuhan terkadang sakti
Mampu mewujud mampu menolak
Itu tetap kupercaya
Dan ketika tangannya yang sakti dan penuh kejutan mengantar kita ke saling berhadapan dan membungkuk
Aku tak pernah menduga, bahkan sampai sekarang, mungkin juga besok
Bahwa bungkukan pertama itu tak berakhir, paling tidak untukku
Bungkukan itu tidak hendak berakhir
Bungkukan itu menjadi sesuatu yang akhirnya kuakui sebagai sedikit suka
Sungguh penuh kejutan yang tak pernah kurencanakan
Semua itu ternyata bahagia
Dan ternyata suka kepadamu lebih dari sekedar suka
Walaupun hati dipatahkan sendiri olehmu
Tapi seberapa mampu hati yang patah tersambung lagi oleh kebahagiaan yang tanpa rencana
Juga darimu
Itu yang selalu kupelajari darimu
Jatuh cinta kepadamu adalah kebahagiaan sekaligus ketidakbahagiaan
Melebur menjadi satu
Bahwa kemudian bahagia yang lebih kuinginkan dan akhirnya kurasakan
Semua juga karenamu yang memang luar biasa
Paling tidak hanya dalam kenangan
Yang penting aku bahagia, pernah bahagia

Tanpa hati

Ketika hatimu sudah bukan lagi tempat yang seharusnya kudiami
Hati itu sudah tak seharusnya bersamaku
Ketika aku sudah tak mampu lagi memahami dan memenuhimu
Ketika kamu sudah tak bertahan lagi dengan rasa dan ingin yang sama
Maka aku memilih akan pergi
Sebelum pergi aku ucap selamat tinggal
Dengan segala hormat dan kasih aku ucap selamat tinggal
Aku tak akan meminta pun membawa pulang hati yang seharusnya menjadi milikku
Aku tak hendak berderma memberikan hati cuma-cuma padamu
Aku biarkan saja hati tetap tinggal bersamamu untuk kamu simpan
Untuk kamu kenangkan bahwa hati itu pernah ada
Untuk kamu pikrikan, bahkan mungkin kamu sesalkan suatu saat telah mengabaikan hadirnya hati itu
Aku tak yakin apa aku akan kembali untuk meminta hati itu suatu saat
Aku bukan tak ingin, tapi tak bisa
Lelah dan ketidakpahamanku karena tak mampu memenuhimu
Kurasa aku tak perlu lagi itu
Bawalah hatimu sendiri
Dan bawalah hatiku bersamamu
Aku tak perlu lagi
Tidak untukmu, tidak untuk yang lain
Aku akan berlagak hidup normal tanpa hati

Hilang

Mendapati kenyataan kehilangan ponsel, kehilangan kunci pintu, kehilangan dompet
Apa selanjutnya harus mendapati kenyataan kehilanganmu?
Ponsel, kunci pintu, dan dompet bisa kucari gantinya
Sedang kamu tak bisa ada gantinya
Kamu hilang pun hanya tubuh
Hati, jiwa, bayangan tidak hilang
Kamu di hati, kamu di jiwa, kamu di otak, kamu di darah
Kamu di setiap sel tubuh
Kamu adalah aku dalam sosok lain
Kamu, aku, satu

Kamis, 22 Desember 2011

Kangen

Di antara kepul asap malam ini
Aku sedang menghadapi puluhan huruf yang menyesakkan mata, memusingkan kepala
Tiba-tiba mata tertambat pada sebuah kata hingga akibatkan rindu
Aku rindu
Pikirku melayang pada sebuah tempat, sebuah nama, sebuah benda, dan berbagai cerita
Aku rindu suatu pagi ketika matahari musim panas masih malu-malu muncul di balik awan pekat
Aku mengayuh sepeda kesayangan
Melewati pagi yang masih berkabut di balik laut
Menyeberangi jalan, menerobos dua kali lampu merah, berkejaran dengan waktu
Tetap saja, di negeri asing yang jauh, menerobos dan ngebut kubawa-bawa tanpa malu barang sedikit
Tujuanku sebuah tempat, yang akan mengawali ingin
Stasiun rinkuu town
Inginku bertemu denganmu
Tetap saja aku ketinggalan kereta pagi
Aku duduk menunggu di peron, demi kereta berikut yang datang tak lama
Itu sudah cukup membuatku gelisah dan merasa bersalah padamu, pada keterlambatanku
Kamu akan menungguku di tengah sesak manusia sampai pukul entah
Aku membentangkan sebuah peta lebar
Hanya ada puluhan jalur kereta disana
Mencari jalan yang akan mengantarku dan mu ke berbagai ingin
Kamu
Aku, kamu, stasiun, kereta, perta
Kita berlima berkongsi menjadi sahabat karib
Aku tak bisa tanpa kereta dan stasiun
Mereka berdua selalu menanti hadirku
Setia mewujud apapun inginku
Sama juga peta yang seperti kedua kakiku, penuntun langkahku
Aku tak punya peta, aku tak punya kaki
Hingga semua menuntunku menujumu
Bahwa kita berlima sebenarnya satu, aku baru sadar setelah lama
Katanya perempuan sulit membaca peta
Bahwa peta yang katanya sulit itu pada akhirnya mampu kutaklukkan
Tentang betapa panik sahabatku ketika tersesat dan pergi tanpaku, tanpa peta
Tentang betapa paniknya aku saat lupa membawa peta, seolah melepaskan kedua kaki dan lupa memasangnya kembali
Tentang sahabatku yang berkata, dia tak perlu bawa peta, karena dia sudah membawaku serta
Aku rindu membaca peta dan stasiun rinkuu town
Aku rindu menumpang kereta yang betapa dalam kantuk aku masih mengingat jalan pulang
Keika dalam lelap aku sadar harus turun kereta
Aku rindu kereta yang menemani pagi berkabut aku dan kamu
Mengawal siang kita yang benderang. Mengakhiri langkah ketika jingga tiba di angkasa
Hingga kereta yang mengantarkku kembali memelukmu dalam kelam malam
Aku,kamu,stasiun,kereta,peta
Ternyata berada dalam satu garis lurus
Satu mata rantai perjalanan hati
Saling membutuhkan
Terima kasih kepada semuanya untuk menjadi bagian dari rantai perjalananku
Terima kasih stasiun rinkuu town untuk menjadi langkah awalku melihat dunia indah disana, melihatmu
Terima kasih kereta karena mimpi mewujud tak hanya lagi-lagi jadi mimpi
Terima kasih peta untuk menjadi teman, bahkan menjadi aku sendiri
Karena kubayangkan peta dan aku, kami simpul kerumitan, yang jalan pembebasannya hanya ada dalam diri kami sendiri
Tak lupa terima kasih untuk kamu, untuk menjadi kamu

Kamis, 01 Desember 2011

1608 (a story)

Aku rindu 1608ku...
Tempat aku pernah hinggap dalam bahagia dan kesah
Dimana mimpi 5 tahun lalu menjelma menjadi mimpi 2 bulan di musim panas yang menyengati hariku
Aku rindu sebuah sudut jendela yang tinggi hampir di awan
Sudut jendela itu kunamai sudut kenangan
Dari sudut kenangan itu bisa kulihat pantai Marble yang berakhir di lautan maha luas
Menyebarkan aroma laut khas musim panas
Marble yang selalu kurindu
Aku ingat betapa dengan sahabat yang kucintai aku kerap bersepeda menujunya
Ketika tiba di bibir pantai langit membentangkan karpet senja menyambut kedatanganku
Dari sudut kenanganku, taman Rinkuu terlihat bagai titik saja
Tapi tak lantas kulupakan bahwa taman Rinkuu memenuhi otakku dengan kenangan
Sahabat yang kucintai kembali memenuhinya dengan tawa
Sudut kenanganku yang menghadap laut itu ketika malam akan menampilkan kembang api mini
Warna warni musim panas, laut dan kembang api serasi seperti kekasih
Sudut kenangan itu kerap menyuguhkan kelip lampu malam bandara di depan kedua mataku..seolah memanggil2 untuk segera pulang
Aku hanya diam, lupakah bandara bahwa aku dan dia dua magnet kutub utara?
Aku menolak keberadaannya yang selalu ingin menarikku pulang
Sudut kenangan itu juga yang ketika malam membuat bianglala besar di kejauhan terlihat sangat warna warni
Sudut kenangan juga telah membuat jembatan besar di seberang lautan terlihat indah ketika langit membentangkan tirai jingga, mengantar matahari pulang ke rumahnya
Menemani mataku selanjutnya memandang pantai Sazan dari kejauhan
Sazan yang indah dan hangat di balik 2 jembatan lebar yang kusebrangi dengan sepeda
Lelah tak kurasa demi merasakan angin lembutnya
Di sudut kenangan aku ingat pernah bercakap dengan sahabat tentang mimpi, cinta, kenangan, hingga air mata
Kadang ditemani sekaleng bir
Dengan diri pun aku kerap berdialog di sudut kenanganku
Di sudut kenangan aku sering memandang jauh ke arah entah, membayangkan masa lalu, masa kini, dan esokku
Tak jarang aku melamunkanmu, membayangkan entah berapa jauhkah, berapa dekatkah, jarak memisahkan kita
Suatu hari ketika dari sudut kenanganku terlihat setitik bintang dan sebongkah purnama
Aku kembaoli terkenang akanmu
Lama sebelumnya kamu pernah berkata bahwa bintang dan bulan purnama malu2 muncul di langit malam Osaka karena kalah terang dengan bingar lampu malam
Tapi kini semua itu tampak di mataku
Apakah kamu melihatnya, langit berbintang dan bulan purnama yang kamu rindukan hadirnya?
Aku tak ingin menutup tirai ketika lelap agar bintang dan bulan menjadi temanku yang kembali akan mengingatkanku pada (pernah) hangat senyummu
Agar ketika aku membuka mata nanti hamparan laut maha luas dan sinar matahari musim panas tidak hilang dari mataku
Aku mengenangkan semuanya, mengenangkanmu...

Kebetulan saja...

Tiba2 saja setelah aku menonton video CA2 yang tidak bosan2 kutonton, aku sadar bahwa ada begitu banyak hal yang sudah berubah, banyak sekali. Sejak pertama kali yang namanya masa depan itu mulai kupikirkan. Sekecil apa pun bentuk masa depan yang pernah terpikirkan olehku. Ternyata benar. Semuanya serba kebetulan. Kebetulan aja setelah lulus SD aku pengen sekolah di Malang. Aku nggak bisa membayangkan kalau aku tetap ngotot mau sekolah di Surabaya. Kebetulan aja setelah lulus SMP aku masuk SMA 1 . Aku nggak bisa membayangkan kalau aku tetap ngotot mau sekolah di SMA 3. Kebetulan aja aku masuk jurusan bahasa karena cuma itu yang aku bisa dan aku suka. Aku bahkan nggak punya alasan lain yang bisa menjelaskan aku harus masuk bahasa. Seharusnya aku bisa fokus dan nggak lari kemana2 dari yang berkaitan dengan bahasa karena passionku disitu. Kebetulan aja aku masuk UGM. Aku juga nggak bisa membayangkan kalau aku tetap ngotot masuk UI. Kebetulan aja aku masuk Sastra Jepang karena aku merasa cuma itu yang lagi2 aku bisa dan aku suka. Lagi2 seharusnya dari awal aku sudah tau dan bisa fokus sama Jepang2an. Tapi aku sempet melirik2 yang lain2 sehingga sempat lupa dengan apa yang menjadi kesukaanku sejak awal, yaitu Jepang dan bahasa. Aku sempat kelewatan mendapat kesempatan beasiswa ke Jepang setahun yang sebenarnya bisa2 aja aku dapatkan kalau aku fokus. Untung aku masih ingat dan sempat kembali sehingga nilai2ku tetap lumayan dan bisa lulus dengan cepat. Setelah itu kebetulan aja aku S2. Aku nggak bisa membayangkan kalau aku nggak S2 dan tetap ngotot mau kerja ini itu yang mungkin nggak memakai bahasa Jepang terlalu banyak. Aku lupa kalau nggak semua orang dapat kesempatan bisa S2. Banyak orang yang mau S2 tapi terganjal biaya. Aku bisa biaya sendiri tapi sempat nggak mensyukurinya dan pengen berhenti gitu aja. Ternyata aku dapat banyak lewat S2 ini. Berkat S2 aku bisa ke Jepang dan mendapat pengalaman yang nggak terkira banyaknya. Berkat S2 juga aku bisa jadi asisten dosen. Aku jadi sadar kalau segala sesuatu yang aku lakukan ternyata banyak yang serba kebetulan dan semuanyta berjalan dengan baik2 saja. Aku mau mencari kebetulan2 lain entah apa. Karena aku yakin masih ada banyak kebetulan lain yang sedang disiapkan Tuhan buat aku, asal aku fokus mencarinya.. :)