Sabtu, 12 November 2011

Media nyasar

Ketika teringat hari sudah ambang seminggu
Lisan dan aksara, kesadaran yang termediasi.
Genre dan cinta
Semua masih belum terpecahkan, belum menemukan jalan pembebasannya
Terjebak dalam kelisanan dan keberaksaraan
Berputar mencari makna bunyi dan kata
Otakku melayang membawa ke satu kesadaran
Ada yang tak bisa kulisankan
Pun tak bisa kujelmakan dalam aksara
Karena hanya bisa terasakan
Satu saja
Rindu dalam hati
Rindu yang untuk kamu
Rinduku tak berbunyi dan tak punya kata
Rinduku bisu, rinduku pada kamu yang rindu
Rinduku yang amat sadar
Rinduku yang tak berhasil menemukan medianya, baik lisan pun aksara
Bahkan dunia maya si kelisanan keduanya tak mampu berlaku semestinya untuk rinduku
Enggan yang terlalu tinggi, kamu, aku, untuk mengucap rindu, atau menuliskan rindu
Jaid rinduku hanya sunyi, sunyi laut dan pulau yang membuat garis panjang pemisah kita
Di balik sunyi apakah sampai rinduku?
Harusnya, karena rinduku rindu tak perlu lisan dan aksara, pun media

Kami, Aku

Aku pergi pagi-pagi menuju ladang kerjaku.
Hari ini aku harus membanting tulang dari pagi hingga senja.
Aku tak punya motor dan mobil sehingga harus naik kendaraan umum.
Tak terhitung berapa kali aku harus naik turun.
Satu kali pernah aku menumpang kendaraan umum yang telah kunanti satu jam lebih hingga aku terlambat dan hampir dipecat majikan.
Satu kali lagi aku berada di atas kendaraan reyot tinggal rangka.
Aku juga pernah berada dalam kendaraan yang serupa sauna berjalan dengan sangit keringat tumpukan manusia.
Pernah aku berada di dalam kendaraan dengan pengemudi berlagak Fernando Alonso di Sirkuit Sepang, Malaysia.
Belum bergulat dengan macet, bising, asap yang seperti tinta cumi-cumi, kuris bolong, kena tempias air hujan, dan tangan jahil.
Satu kali bahkan aku harus menumpangi gerbong besi menuju ladang kerjaku yang ada di kota sebelah.
Di gerbong bekas Jepang yang bahkan belum dihapus tulisan kin'en itu aku berdesakan.
Tak jarang terjepit di tengah, dekat pintu, kadang-kadang bersembunyi di atap.
Was-was terjerat kabel yang sewaktu-waktu bisa melilit.
Itu belum kalau ditunda atau terlambat untuk sebab entah.
Jangankan untuk merelakan kursi kepada orang tua atau ibu hamil, untuk meletakkan pantat sendiri pun kebingungan.
Sedang berdiri bisa membuat terjerembab.
Sejenak aku teringat ketika aku berkelana ke Jepang di musim panas yang menyengat.
Aku teringat pesan seorang guru.
Never be late 'cause the Shinkansen will never wait for you, even just a second.
90 kilometer Kyoto Osaka hanya dalam 15 menit bahkan kurang.
Itulah mimpi manusia yang kemudian jadi nyata.
Berlari secepat cahaya.
Tanpa macet, telat, tukang jual air minum palsu, apalagi peminta kecil.
Aku tak perlu berjibaku dengan mereka yang mau keluar atau naik.
Ketika mereka yang cacat dan tua adalah istimewa.
Ketika bisa istirahat memejamkan mata sejenak di dalam, tanpa takut handphone atau laptop lenyap.
Kemudian kenyataan melemparkanku kembali ke kendaraan reyot tinggal rangka yang dijejali puluhan manusia.
Aku sadar inilah kami.
Kami yang terlalu bangga hanya membeli barang bekas tanpa mengolahnya lagi, sehingga jadi bahan tertawaan pemilik aslinya.
Kami yang sebenarnya terlalu aku hingga lebih suka naik motor dan mobil, hingga membuat bis dan kereta jadi anak tiri.
Kami yang bangga dengan motor dan mobil bikinan Jepang yang bahkan di Jepang sudah tidak laku.
Kami yang mampu mencicil motor gratis hanya bermodal fotokopi katepe, hingga membuat trotoar alih fungsi dan pesepeda kehilangan jati diri.
Kami yang punya orang-orang hebat yang pandai bicara tapi tak mampu bikinkan bis dan kereta yang nyaman bagi kami, hingga kami lebih nyaman dengan kredit ala katepe
Kami yang harus selalu mengumpat karena tua di jalan tanpa tahu umpatan itu ditujukan ke siapa, tanpa tahu umpatan itu mental ke kami.

Tatap mata

Aku menghargai setiap pertemuan kita.
Pertemuan kita yang blue moon, sangat jarang sekali.
Seperti sore mendung itu.
Aku tidak menduga bahwa sore sekelabu itu akan jadi cerah di hati setelah bertemu denganmu.
Ketika aku melangkah menuju entah.
Sesaat kemudian mata tergerak menoleh.
Entah apa yang menggerakkannya.
Siapa, kukira? yang menatapku dengan tatap mata ganjil.
Aku lalu sadar.
Itu kamu yang telah memotong rambut panjang indahmu yang selalu membuatku iri.
Aku ingat tata mata yang selalu ganjil itu.
Hanya kamu yang punya tatap mata seganjil itu.
Dan hanya kamu yang selalu menatapku dengan seganjil itu.
Aku menoleh dan kamu sudah berlalu bersama kelabu.
Tampak bayangmu dari belakang, ya, itulah kamu, yang selalu kuamati langkahmu dalam isak.
Sesal, karena yang bisa kunikmati hanya bayangan dan langkah menjauhmu
Kemudian dalam langkah pulangmu setelah kunjunganmu ke rumah Tuhan kita bertemu kembali.
Rumah Tuhan, ya
Ternyata kamu masih ingat langkah pulang ke rumah Tuhan
Aku ucap syukur dalam hati pada Tuhanku.
Kamu masih ingat langkah pulang ketika aku yang sekarang tersesat tak tahu harus pulang kemana.
Ketika itu mata kita ternyata sempat bertemu kembali.
Masih dengan tatap mata ganjil yang tadi.
Tatap mata yang sungguh tidak bisa terlupakan.
Tolong hentikan tatap mata itu.
Tak bisakah kamu ganti tatap mata ganjil dan dingin itu dengan tatap mata seperti musim semi yang kabarnya hangat?
Tolonglah. Jangan menambah mendung yang sudah mendung.
Aku tak pernah merasakan hangat musim semi.
Bolehkah aku merasakannya dalam tatap matamu?

Keping Bahagia

Musim semi yang kabarnya hangat segera berlalu.
Datanglah musim panas yang mataharinya sungguh tidak kira-kira.
Kamu datang masih membawa hangat musim semi.
Meskipun aku tahu kebersamaan yang sesaat itu jauh lebih sakit,
Aku berusaha membahagiakan setiap inci kebersamaan kecil itu.
Kisah, janji, pinta, rahasia, tawa.
Hingga titik cemburu yang muncul di hati pun hanya mampu dipadamkan olehmu.
Hingga hanya bahagia yang mampu aku rasakan.
Semua kepingan bahagia kecil itulah yang akan kususun serupa puzzle
Hingga menjadi bahagia besar yang terbingkai rapi di hati.
Akan kukenang jika suatu saat kamu pergi.
Bahwa bahagia itu ada artinya.

Moksa

Di luar jendelaku rintik hujan bagai larik puisi.
Turun satu-satu, beranjak menuju akhir dan selanjutnya wangi tanah yang segar akan tercium.
Kadang diselingi angin kecil yang lembut menyelusup celah jendelaku.
Aku sedang berbaring dengan selimut membungkus tubuh.
Menunggu hujan yang segera akan berganti pelangi seperti janji pepatah.
Di balik hujan, aku tahu ada yang tidak mungkin sirna.
Mungkin itu rindu.
Rinduku seperti hujan setahun di lahan tandus.
Sangat mendamba bersentuhan dengan tanah.
Ingin selamanya bersatu dengan tanah, moksa.
Aku pun ingin selamanya bersatu denganmu, moksa menjadi cinta.
Mungkinkah?

Rindu musim semi

Hati terasa rindu pada kekasih hati di seberang lautan
Ketika hujan menangis di bumi
Terasa kuat ingin bertemu
Kekasih yang disana, terasakah yang sama.
Sedikit saja. pernahkah setitik rindu beterbangan mengitari hati.
Berkelana menyeberangi lautan.
Hingga tersampaikan padaku disini.
Kekasih, ketiks rindu aku akan selalu memutar rekaman di otakku tentangmu.
Karena rindu bagiku adalah sepi.
Dan kamu serupa bingar yang hapus sepi.
Kali ini rekaman itu terhenti di sela-sela hangat musim semi.
Musim semi akan selalu terkenang padaku sebagai musimnya pertemuan.
Singkat yang ternyata tak berujung pangkal.
Selain mencintai, dicintai, mungkin.

Jumat, 11 November 2011

Pedang bermata dua

Seorang samurai sedang kebingungan memilih pedang untuk perang yang tinggal sebentar lagi
Pedang lamanya sudah merengek minta pensiun
Dia memasuki kastilnya yang megah di tengah kota Osaka
Di dalamnya ada ruang berlapis kaca
Berderet pedang para leluhur
Semua pedang sakti
Ada pedang yang dilapis doa, pedang yang dilapis emas, pedang yang dilapis racun, hingga pedang bermata dua.
Sang samurai hanya perlu memilih satu untuk menebas musuh yang datang sesaat lagi
Sejenak samurai kebingungan
Pedang mana yang harus dipilihnya?
Ingin dia memilih semua karena kesaktian pedang-pedang itu
Lalu akan digunakannya kedua belah tangan kanan dan kirinya untuk membunuh musuh bebuyutan.
Sayang itu mustahil
Hanya tangan kanannya yang boleh memegang pedang karena yang kiri luka akibat perang masa lalu
Akhirnya jatuh pilihannya pada pedang bermata dua.
Sesaat hatinya ragu.
Pedang bermata dua.
Baikkah?
Bagaimana kalau malah jadi bumerang yang berbalik membunuhnya?
Ah tak mungkin.
Pedang bermata dua, dengan dua matanya yang sakti dan beracun pasti cepat membunuh musuh, dan lebih banyak.
Apalagi ini pedang leluhur, tak mungkin berkhianat pada tuannya.
Dicabutnya pedang bermata dua itu, dan berlarilah dia menuju medan perang
Namun sang samurai lupa, pedang bermata dua akan selamanya bermata dua.
Dan benarlah, si pedang melawan, berbalik menembus dada samurai malang
Samurai pun jatuh, darah mengalir deras dari dadanya
Dengan pedang bermata dua di tangan kanannya.

Sabtu, 05 November 2011

mendadak ingin menulis (mungkin) puisi

Aku menandai aroma tubuhmu yang menemuiku tergesa
Di tengah hiruk pikuk Kyobashi
Pemuda, kembang api, kimono
Hari ini ada festival dan, ya, kita berjalan bersama
Aku menandai setiap gelak tawa dan sentuhan
Di balik takoyaki yang mengepul dan aku yang mengeluh kepanasan
Ya, dan gelak tawa itu yang akan selalu kuputar ulang ketika sepi
Aku merekam setiap kata di pinggiran sungai
Yang beradu dengan angin dan kilap lampu malam
Ketika berbagai kata terlontar
Aku menandai, merekam semua darimu, kamu
Aku menyimpan dan mengunci semua
Semua untukku, jika rindu terlalu bicara di akhir hari nanti
Saat tak ada



-mengingat 24 Juli Kyobashi-



Sudah berbulan lalu dan aku masih ingat dengan jelas rasanya
Ketika kuangkat telpon kamar dan kawat menyambungkannya ke ujung Osaka
Berkilo meter dari ujung pantai tempatku berada
Kalimat singkatku yang terjawab tak kalah singkat
Tapi ada senang di sini :)


-mengingat 22 Juni 2011 1608-



Hari masih terlalu pagi
Aku yang tak pernah bangun pagi
Kamu yang selalu terlambat kali ini tak biasa
Kamu yang masih selalu tergesa seperti biasa
Berjam deru kereta habis dengan kata
Seperti biasa aku yang terlalu luap senang bahkan hanya karena kata sederhanamu
Karena kata sederhana pun jadi tidak sederhana
Karena tak butuh luar biasa untuk bahagia denganmu
Aku yang mengagumi kesederhanaanmu
Kamu yang mendamba ketulusanku
Tapi tampaknya kagum dan damba bagi kita akan selalu bersembunyi di balik mahalnya harga
Atas diri
Atas sahabat
Di jalan filsafat yang penuh tentangmu, Osaka, agama, mimpi, janji, dan aku
Di jalan filsafat yang panjang seperti umur filsafat aku mengagumimu
Hingga sungai Kamo terbentang di hadapan wajah kekenyangan kita
Kamu berucap selamat tinggal


-mengingat 20 Agustus Hirakata-Sanjo Keihan dengan penambahan seperlunya agar (tampak) seperti puisi-


Ya, hari ini hari terakhirku
Besok aku akan mengakhiri 2 bulan mimpi musim panasku dan terbangun
Aku melewatkan hari terakhir di Kyoto, kota lama yang kucintai sejak kaki pertama menyentuhnya
Dan kamu dengan kebiasaan yang membuat luar biasa karena hanya kamu yang bisa dan punya
Hingga malam aku melangkah ke Mukaijima yang berkilo meter tak kalah jauhnya darimu
Hanya kukatakan besok akan pulang
Kalau kamu benar yang kukenal, dering telpon pasti tak lama lagi
Dan ternyata kamu masih tetap yang kukenal seperti dulu
Tenanglah dan kita akan segera bertemu lagi
Maka kamu dengan kebiasaanmu yang tak pernah membiarkan benci di hatiku


-mengingat 30 Agustus Mukaijima-


Ingin ternyata harus tertahan
Dalam diam yang diusungnya untukku
Seolah ingin menagih janji
Jangan khawatir karena mintalah apapun padaku dan aku akan memberimu semua
Jika dia yang minta
Sampai malam pertama dan terakhir duduk berhadap
Dalam sunyi kamar dan sekaleng bir
Aku telah melepaskan mahalnya label harga dan sahabat
Demi rasa
Dan ternyata harga dan sahabat baginya masih begitu tinggi
Hanya genggam tangan dan pasti semu yang selalu bisa dikatakannya
Pasti bertemu lagi, pasti
Sebelum aku keluar dan berlari


-mengingat 20 September 612-



Kali ini biarkan saja
Karena aku cuma ingin memutar kenangan sebelum kantuk melelapkanku
Ingatanku kembali ke satu setengah tahun lalu
Di tengah hujan bertemu pertama
Wajah lucu yang selalu membawa tawaku, tawa semua
Dulu,sekarang,selalu
Aku masih ingat jelas semua


-mengingat musim semi 2010-

meditasi

Aku teringat ketika biasa melakukan meditasi sebelum pentas
Begitupun kulakukan untuk kenanganku
Aku duduk bersila dan memejamkan mataku
Perlahan aku merasa tubuhku sangat ringan hingga bahkan aku sanggup melayang
Kemudian kubuka kotak kaca di hadapanku
Disana kususun rapi kenanganku
Satu persatu
Sangat rapi
Lalu kukunci rapat-rapat kotak kaca itu
Dan kusimpan kuncinya di tempat yang paling tersembunyi
Kuletakkan kotak kaca itu di sudut


Tapi kenangan masih saja menembus kotak kaca dan lari kembali ke hati


-bagian terakhir kutambhakan karena begitulah kenyatannya-
忘れるのはそんなに簡単じゃないやろ~

Kamu

Kamu selalu hadir dalam mimpi dan jagaku
Selalu ada dalam langkah dan diamku
Muncul dalam senyum dan air mataku
Eksistensimu yang selalu terjaga
Entah siapa yang menjaga
Dalam setiap gerak hidupku
Lalu kemana aku harus lari bersembunyi?
Sampai kapan aku akan terus ketakutan bermimpi dan terjaga
Ragu melangkah dan enggan terdiam
Bosan tersenyum dan lelah menangis?



-tidak dimaksudkan untuk menyindir yang selalu hadir dalam mimpi-

Aku dan laut

Kalau aku tua nanti
Aku ingin menghabiskan sisa umurku di sebuah rumah di tepi pantai
Rumah itu memiliki jendela yang lebar di barat sehingga senja bisa leluasa bertandang setiap sore.
Kalau aku keluar rumah
Aku ingin angin menerpa lembut kausku
Kadang aku akan bersepeda menyusuri pantai
Membawa serta anjing peliharaanku yang lucu
Sekai waktu aku turun dari sepeda dan memutuskan untuk duduk di kursi pantai
Aku memandang jauh ke cakrawala dan kulihat senja
Aku akan melihat ke laut lepas dan merasakan angin lewat di dekat rambutku
Aku juga kerap mendekati bibir pantai dan merasakan air laut menggelitiki kakiku
Di rumah di tepi pantai itu pula aku akan tinggal dengan suamiku yang walau telah beranjak senja dan berperut buncit namun tetap kucintai
Kami yang telah hidup bersama sejak lama sebelum rumah di tepi pantai itu ada
Setiap hari kami akan bercengkrama mesra tentang anak dan cucu kami yang tinggal di tengah kota
Membayangkan senyum indah mereka ketika mereka pulang ke kampung halaman mereka di tepi pantai ini
Mereka
Ya
Pantai, angin, senja, sepeda, anjing, suami, anak dan cucuku adalah harta berhargaku
Mereka semua menyimpan ceritaku


-teringat beberapa saat lalu melihat kakek bersepeda di Marble Beach-

Jumat, 04 November 2011

cerita lama (30-31 Agustus 2011)

Selasa, 30 Agustus 2011: the last day in this country..menggelandang di Kyoto...hari ini nyampe pagi2 banget di Kyoto menuju tempat Salma yang lumayan juga dari Kyoto Eki..nama daerahnya Mukaijima dekat Uji sana..hehehe..terus tidur eh bangun2 sama Salma dan Rida dan Thia udah ada kare ayam...hehehe..selamat lebaran...terus jalan2 berkeliling Kyoto..bareng sampe Kyoto Eki terus aku misah..karena tujuan beda..pertama adalah Nijo jou..sayangnya Nijo jou tutup setiap hari Selasa..begooo..hehehe...terus akhirnya ke Heian Jingu...masuk kali ini..terus menuju ke Yasaka Jinja di Gion....masuk kali ini..kemaren waktu Gion matsuri kan nggak bisa masuk..terus ketemu Nanako di Gion Shijo untuk bersama2 Yukke ke Fushimi Inari..yatta....akhirnya ke Fushimi Inari juga walopun malam2 dan mepet2 banget waktunya..terus makan di Kyoto Eki..sebenernya hari ini ada satu orang yang ingin kutemui karena aku ingin ngasih dia buku Islam yang aku ambil di masjid Kobe kan berbahasa Jepang tuh..sayangnya dia sibuk kaliiii...biasa...jadi gak bisa ketemu..aku cuma sms kalo besok pulang dan ditelpon dong.....memang kenyataannya aku nggak bisa marah kalo sama dia....sasuga ano hito da!!!









Rabu, 31 Agustus 2011: Pagi2 aku udah menuju Kyoto Eki karena aku harus segera ke sentaa untuk ambil koper...udah berangkat pagi tetep aja mepet sampe di Rinkuu Town..setelah ambil koper langsung cabut ke KIX...sedih meninggalkan Kyoto...sedih meninggalkan sentaa...sedih meninggalkan Jepang..di KIX udah ditungguin sama Ikegami san sekeluarga...diantar sampe masuk bandara....terus jam 11 aku take off meninggalkan Jepang..terima kasih ya Jepang sudah memberiku pengalaman yang sangat berharga selama dua bulan ini...suatu saat aku pasti, pasti akan kembali....dalam musim yang lain..dalam purnama yang lain.....aku pasti akan kembali..dan aku nangis dong di pesawat...kaeritakunai, kataku...Kyoto ni sumitai...hehehehe... :p

cerita lama (27-29 Agustus 2011)

Sabtu, 27 Agustus 2011: Yatta...yatto Tokyo da....akhirnya hari ini ke Tokyo juga... rutenya dimulai dengan janjian sama Bayu di Hachiko Shibuya...akhirnya ke Hachiko juga...ternyata kecil ya patung Hachiko itu..aku pikirin besar lho..hehehe..terus dilanjutkan dengan muter2in Shibuya...terus muter2in yoyogi kouen...ternyata lagi ada natsu matsuri disitu..terus ada cotohana juga..aku nulis pesan cotohana lagi deh untuk gempa Tohoku kemaren..hehehe..terus ke Shinjuku dan Takeshiuta doori..terus ke Meiji Jingu... akhirnya sampe juga di Harajuku..sayang gak belanja karena uang udah keburu habis di Kansai...hehehe... terus naik JR Yamanote sen...horee akhirnya naik JR Yamanote sen juga walopun gak pas rush hour sih..hehehe..
akhirnya sampailah di Tokyo Tower...janji 5 tahun lalu untuk pergi ke Tokyo Tower akhirnya tercapai sudah...syukurlah.....hehehe...setelah dari Tokyo Tower lanjut ke Asakusa Jinja..lewat Nakamise Shopping Street dulu yang jadi rame banget karena hari ini ada hanabi...yappp natsu to ieba hanabi nandayo..hehehe..untuk kedua kalinya aku akan nonton hanabi dan kali ini bukan hanabi biasa karena hanabinya ada di Sumidagawa...aaaa Sumidagawa yang selama ini aku tau dari novel akhirnya bisa kukunjungi..hehehe..kerennn sekali hanabinya...sampe malem banget berkelana di Tokyo..thanks to Bayu... :D

Minggu, 28 Agustus 2011: Hari ini edisinya Kamakura sama Bayu lagi...ketemuan di Fujisawa...terus kami menuju Hase...tujuan pertama adalah Kotokuin...yappp Kamakura Daibutsu...akhirnya bisa kulihat sendiri Kamakura Daibutsu setelah selama ini cuma bisa kulihat di buku sejarah...dan bisa kulihat 2 Daibutsu yang ada di Jepang..heheheh.....setelah itu Hasedera...setelah itu Tsurugaoka Jinja..nah kan aku beruntung lagi kalo ambil omamori di jinja..hehehe..setelah itu tujuan selanjutnya adalah pantai...nungguin sunset...setelah itu Enoshima...kami naik eskalator yang puanjang bangetttt...setelah itu naik ke mercusuarnya Enoshima...aduhhh isinya orang pacaran semua.....nanka Kamakura no yakei mo saikou da.......sugeeee!!!! :D













Senin, 29 Agustus 2011: Hari ini nggak kemana2 karena udah bener2 bangkrut sementara masih ada di Kantou..heheh..padahal hari ini harus meluncur ke Kansai meninggalkan tempat Delfa untuk numpang lagi di tempat lain..maklum nomaden..hehehe... :p

cerita lama (25-26 Agustus 2011)

Kamis, 25 Agustus 2011: Hari ini saatnya meninggalkan rumah Yukke untung numpang di tempat lain..hehehe..numpang mulu hidupku nih.... paginya pergi dulu ke USJ sama Yukke, Acchan senpai, Yuriko, Rieka, dan Uepi...naik macam2..jet coaster..untung nggak mati..aku udah pesan aja sama Uepi kalo sampe aku mati tolong bawa jasadku kembali ke Indonesia..hahaha...ternyata nggak mati...terus nonton pertunjukan musikal, perang2an, naik Jurassic Park (ini justru yang paling ngeri menurutku), terus back to the future sama spiderman yang 3d..aku seneng banget naik yang 3d itu tapi anak2 pada mabuk..hehehehe..padahal itu kan cuma 3d...trus nonton shark yang juga 3d....trus naik Jaws..geje banget itu si Jawsnya...terus makan Takoyaki di Osaka Takoyaki Museum..terus cabut naik yakou basu ke Yokohama sama Anita....tanoshikatta... :D










Jumat, 26 Agustus 2011: Sampai juga di Yokohama...nginap di tempat Delfa..Hari ini jalan2 keliling kota Yokohama..mulai dari Minato Mirai....Akarenga..sampai Museum Anpanman..dan tidak lupa Chuukagainya Yokohama yang katanya paling gede seJepang lho..bikin paspor Cina ah..hehehe... :p

Kamis, 03 November 2011

cerita lama (21-24 Agustus 2011)

Minggu, 21 Agustus 2011: Hari ini pergi ke rumah Izumimoto sensei yang ternyata dekat dari rumah Yukke.,..senangnya ketemu Izumimoto sensei lagi, dan suaminya dan anaknya yang lucu yang namanya Munehiro... terus diajak makan okonomiyaki dan ada babinya...astaga......terus diajak main ke Houryuji di Nara..senangnyaa.....baik sekali Izumimoto sensei...malamnya diajak makan..tenang kali ini makannya ayam..hehehe..diantar pulang sama suaminya Izumimoto sensei sampai rumahnya Yukke... :D

Senin, 22 Agustus 2011: Hari ini pergi ke Shitennoji sama Umeda sendirian...hehehehe...tetep aja membolang....

Selasa, 23 Agustus 2011: Hari ini ikut rapat CheRits...habis itu terus pulang sama Nanako...










Rabu, 24 Agustus 2011: Hari ini main sama Anita ke Kobe...owmyguardiolagantengbanget Kobe untuk ke3 kalinya..hehehe..ke Nunohiki Herb Garden naik ropeway dan lihat kebun bunga lili dan bunga matahari..hehehe...terus ke pelabuhan lagi naik Kobe Port Tower..kemaren kan belum naik..terus ke Kobe Maritime Museum dan Kobe Kawasaki Museum..hehehe..terus diakhiri dengan ke Masjid Kobe..sholat ashar disana padahal aku udah nggak puasa sejak tiba di rumah Yukke..hehehe...terus belanja makanan Indonesia lagi di Kobe Halal Food...dan makan malam pake mi instan dan teh Indonesia di Sannomiya selepas hujan..hehehe..itu ceritaku kalo kata iklan..apa ceritamu? :D

cerita lama (17-20 Agustus 2011)

Rabu, 17 Agustus 2011: Hari ini aku meninggalkan sentaa menuju rumah Yukke...beratnya bawa tas berkilo2..untungnya koperku boleh dititipkan di sentaa..hehehe...terus sampe di rumah Yukke langsung diajak sama Fujii san, Imai san, Mas Kubo, dan Yukke ke Byoudouin di Uji...huaaaa bagus disana..apalagi ujicha, teh hijau dari Uji enak banget rasanya...manis nggak kayak matcha2 Jepang biasanya..hehehee....terus sebenernya mau ke Nagoya gak jadi soalnya macet...akhirnya ke Fushimi dan makan di daerah sana..dan tentunya...nomikai..hehehehe... :p

Kamis, 18 Agustus 2011: Hari ini nggak kemana2 padahal Yukke libur baito..hehe...goro2 aja di rumah Yukke...terus siangnya ikut Yukke dan Uepi rapat bousai di McD..ketemulah hari ini sama kakaknya Uepi... :D baik dan ramah sekali orangnya....

Jumat, 19 Agustus 2011: Hari ini ikut rapat CheRits lagi...di youth hostel apa gitu namanya...berangkat sendiri dari rumah Yukke ke hostelnya..hehe..terus setelah itu ke Ninnaji sama Rieka dan Nanako...setelah itu ikut ke McD terus pulang sama Yukke....







Sabtu, 20 Agustus 2011: Hari ini aku janjian dengan orang itu jam 9 di Hirakatashi....pagi2 sekali kami akan pergi ke Ginkakuji..dan hanya berdua..hehehe...sepanjang perjalanan di kereta yang diomongkan adalah katsudou...hehehe...sampai di bis juga yang diomongkan tetap katsudou..kemudian di jalan dia sempat nanya harganya kalau mau naik ressha, itu lho becak Jepang itu..dan harganya 1man bok..sejuta...mahallll.....langsung kutarik dia...gak usah dekat2..mahal..hehehe..jalanlah kami sampe Ginkakuji..hemmm bagus juga.....terus jalan dari tetsugaku no michi..emang aku yang minta ke tetsugaku no michi karena nama jalannya bagus aja..hehehe..sepanjang perjalanan katanya karena ini jalan filsafat, ayo keluarkan semua ide2 filsafat....jadilah kami mengobrol banyak hal..gak tau sampe daerah mana aja...kalau capek berhenti di pinggir sungai..haha...terus lewat Heian Jingu...lewat doang tapi..hehe..terus lewat Hokaben..kali ini kupaksa berhenti karena ada yang belum makan dari pagi...jadilah kami beli makan di Hokaben dan makan di pinggir Kamogawa.. :D selesai makan di Sanjo Keihan kami berpisah karena ada yang mau ke Tokyo dan aku nggak diajak..jadilah aku ke book off sendirian..hehehe...book off nya Sanjo Keihan 3 lantai bok.... :D surgaaaaa.......