Selasa, 10 Juni 2014

Omamori, Mimpi

Apa memang benar doa yang terlipat rapi dan terbungkus dalam omamori itu?
Bermacam doa hingga bermacam omamori
Aku pun mengharapkan satu doa yang terucap dalam gelap sebelum lelap
Dan lelah
Sejenak lupa

Dan kamu pun kurasa mengamini doa itu
Lama kamu bersembunyi dalam baris lipatan doa omamori
Kembali kita bertemu dalam satu mimpi di malam musim panas
Kurasa peri musim panas sudah tiba dan menerbangkan mimpinya padaku
Ah, bolehkah mimpi datang begini saja?
Kamu hanya berjanji pelan
Akan selalu datang dalam mimpi, ketika mata tertutup dan jiwa setengah lelap
Salah satu ruang di hati kosong ditinggalkan penghuninya
Katamu, supaya tak ada yang tahu bahwa dalam mimpi kita bisa menyambung rindu
Biar semuanya tetap jadi rahasia kita dan mimpi
Sekedar melekatkan tangan dan melihat
Untuk percaya rindu masih bisa diikat
Yakin bahwa jalan bahagia tak harus selalu nyata
Karena kamu tak bisa datang dalam nyata, nanti terlalu banyak yang akan tahu dan tidak setuju

Pagi itu aku bangun, silau mataku karena cahaya
Ah, ternyata aku lupa menutup gorden karena semalaman melihat hujan
Pagi itu aku tahu kalau mimpi adalah mimpi, tapi katamu mimpi itu nyata
Sudah pergi dan nanti malam akan kembali dalam mimpi
Aku harus bangun sendiri

(Tokyo, 10 Juni 2014 hari Selasa)
pagi hari terbangun dari mimpi

Senin, 09 Juni 2014

Mata

Siapa yang sanggup mempercayai pandangan mata?
Ceritakan padaku jika ada
Ternyata semua pandangan mata adalah rindu yang terbungkus rapi seperti kado ulang tahun
Ketika kado dibuka
Ternyata isinya cerita dan duka
Air mata
Hingga lupa suka pernah ada dan nyata
Ah, selama ini suka ternyata hanya imajinasi
Betapa indah imajinasi mata, seperti surga yang menjanjikan segala bahagia
Tak pernah menyadari hingga baru ini
Lagi-lagi lewat pandangan mata
Tak pernah mengira sekuat itu mata bisa mengubah semua cerita
Ternyata rindu yang selama ini dibahasakan mata tak tampak

Setujukah kamu kalau kukatakan ini?
Rindu tak seperti surga
Mata membuat rindu seolah tak pernah tampak palsu
Mata menutup mata
Seperti indah tapi sebenarnya duka
Seperti mendung menutup matahari kemudian hujan
Air mata
Sekarang ketika hari cerah kembali
Bukan pelangi, tapi cukup cerah untuk sekedar melangkah keluar rumah
Seperti itu mata terbuka, terbebas dari buta
Seperti orang bisa membaca buku, bisa berpikir dan merasa
Rindu hanya mimpi
Yang nyata hanya kini

Tapi mungkin kamu akan lebih setuju denganku jika kukatakan
Seperti tak perlu merasa sedih ketika hujan
Jangan lupakan rindu semu
Kenang saja rindu seperti mengenang hujan setelah terbit matahari
Sungguh hujan sesaat yang menyejukkan
Hujan sesaat, rindu sesaat
Tak perlu juga sedih ketika harus membuka mata
Benci pun tak perlu kepada mata
Karena cahaya ada di depan mata
Dan cahaya tak pernah salah, berikan sedikit cahaya untukku

(Tokyo, 8 Juni 2014.. Malam hari, hari Minggu)
All I hear is "rain" drops

Jumat, 06 Juni 2014

Memori

Hujan selalu mengembalikan ingatan

Kekasih yang pergi dan tidak kembali
Kampung halaman yang dulu sepi kini terisi
Kota yang mendewasakan

Ilmu yang mengagumkan, juga guru yang bijak

Mimpi yang kecil, tidak pernah mewujud

Sahabat-sahabat kecil yang setia bersepeda menembus hujan

Masa kecil bermain lompat tali di teras rumah, di bawah bulan purnama

Sayap yang membuat tidak pernah berhenti terbang

Pandangan mata penuh sakit hati, juga mencuri hati

Kota besar yang kini gelap diselimuti malam

Orang yang kini duduk di sebelah
Orang yang hilir mudik dengan payung di tangan kiri, juga keluh di wajah

Lagu yang mirip kisah dengan kekasih

Senja yang selalu dicari

Matahari yang dirindukan hangatnya

Laut yang tidak tergantikan aromanya

Gunung yang sejuk dan penuh suara tawa

Bising yang mewah dan akrab

Selamat malam, hujan.. Selamat datang kembali bersama ingatan..

(Tokyo, 6 Juni 2014 19:27, hari Jumat)
Masih hujan sejak pagi

Kamis, 05 Juni 2014

Kepada Hujan

Kepada hujan
Yang turun satu-satu, perlahan menderas di sekeliling payungku
Kutitipkan sebaris rindu

Kepada hujan
Yang mengenai ujung hidungku, membasahi rumput di bawah kakiku
Kuucapkan kalimat doa sore hari

Kepada hujan
Yang enggan pergi, bertahan disini di hati
Kutegakkan sebaris langkah kaki

Kepada hujan
Yang menemani awan gelap di sudut langit barat
Kubentuk serangkai harap bersama dengan gelap

Karena hujan
Yang seperti tangis semesta
Kulepaskan air mata yang samar ketika hujan

Kepada hujan
Yang menutup musim bunga, yang membuka sengat matahari
Kuserahkan perasaan hilang dan harap yang masih sama

Ketika hujan
Yang selalu berada di antara, hujan sesaat
Kubayangkan aku berjalan di bawah payung baru bergambar bintang, bersamanya

Kadang kala hujan
Yang bersama deru dan asap mobil di seberang jalan
Membawa kembali kepada kenangan baru, menutup rapat kenangan lama

Karena hujan
Di bulan Juni, yang selalu mengingatkan pada hati
Masih punya rasa

Kepada hujan
Tolong disampaikan
Lewat air mata, angin, juga awan gelap

(Tokyo, 5 Juni 2014, hari Kamis)
sore hari yang hujan di Tokyo

Rindu Kepada Malam

Aku berharap menemukanmu
Di sela-sela perasaanku
Sejauh aku mendengar suaramu
Di bawah terik matahari Sabtu

Sejauh kurasakan keberadaanmu
Seperti aku melihat sosokmu
Yang berada di dekatku
Seperti samar aku, merasakan senyummu

Rasanya aku mengenali langkahmu dari kejauhan

Dan benar saja
Itu suara langkah kaki, setengah berlari
Perlahan menjauh, masuk, hingga tak terlihat lagi

Dan aku malam ini menunggu
Untuk berharap menemukanmu
Dalam nama, wacana, berita

Kamu ada disana, tapi tak ada juga
Dan aku tetap berharap menemukanmu, besok dan besok hari
Agar aku percaya kebetulan yang lewat di sela lambaian tanganmu

Datanglah lagi esok hari, karena aku ingin bertemu
Aku ingin menjemput bahagia dari sekedar sapa

Sekecil salam, sebesar bahagia
Dan akan kumaknai bahagia sebagai rindu
Bahagia yang karena perasaan rindu
Rindu akan perasaan bahagia

Selamat malam, selamat memeluk rindu bersama malammu
Besok masih ada..

(Tokyo, 31 Mei 2014, Sabtu 01:47 AM)